Liturgi Gereja Sebagai Bahan Kateketika
Bahan-bahan
Kateketika: Pengajaran Tentang Iman Kristen
LITURGI GEREJA
I.
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan
bergereja, dari pemimpin Gereja sampai anggota Gereja yang ada di dalamnya pasti
memiliki keinginan suatu keberaturan dalam Gereja tersebut. Salah satunya ialah
keberaturan susunan dalam peribadahan. Untuk berjalannya peribadahan ini dengan
baik, maka jemaat yang ada di dalamnya beserta kepengurusannya itu membuat
suatu aturan dalam peribadahan yang disebut dengan Liturgi Gereja. Pada
kesempatan kali ini, saya sebagai mahasiswa peneliti, akan memaparkan apa itu
Liturgi Gereja beserta hasil penelitian saya mengenai Pelaksanaan Liturgi
Gereja ini di dalam Gereja. Semoga hasil penelitian ini dapat menambah wawasan
kita para pembaca.
II.
PEMBAHASAN
2.1. Liturgi Gereja
2.1.1. Pengertian
Liturgi Gereja
Kata “liturgi”
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ibadat umum di Gereja dan atau tata
cara kebaktian. Sedangkan menurut bahasa Yunani, kata liturgi ini berasal dari
kata “leitourgia” (leitourgia), yang artinya adalah pekerjaan atau pelayanan yang dilakukan untuk bangsa sebagai suatu
persekutuan politik atau bekerja sama. Pada mulanya liturgi dalam dunia Yunani lebih dekat dengan
bidang politik, dan sebagai
pelayanan khusus kepada masyarakat. Sedangkan Gereja menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah gedung (rumah) tempat berdoa dan
melakukan upacara agama Kristen.[1] Dapat
disimpulkan bahwa Liturgi Gereja adalah suatu pelayanan yang dilakukan di dalam
Gereja dan biasanya banyak ditemukan dalam peribadahan.
Kita dapat menemukan
istilah liturgi dalam Alkitab. Istilah liturgi dalam Alkitab yang pada
perkembangannya mempengaruhi kita mengenai paham liturgi. Antara lain[2];
a.
Istilah Liturgi dalam Perjanjian Lama
Istilah liturgi hanya dipakai dalam hal persoalan agama, menunjuk kepada pelaksanaan tugas imam dan orang Lewi dalam kemah suci serta Bait Allah, terutama dalam pelayanan mezbah, suatu pekerjaan yang dilaksanakan oleh para imam secara tertib, hidmat dan sesuai dengan undang-undang upacara ibadat; suatu pelayanan yang berguna untuk seluruh jemaat. (Bil.8:22; Taw.11:14-15; Yeh.45:4; Yoel 1:13; Ul.18:7)
Istilah liturgi hanya dipakai dalam hal persoalan agama, menunjuk kepada pelaksanaan tugas imam dan orang Lewi dalam kemah suci serta Bait Allah, terutama dalam pelayanan mezbah, suatu pekerjaan yang dilaksanakan oleh para imam secara tertib, hidmat dan sesuai dengan undang-undang upacara ibadat; suatu pelayanan yang berguna untuk seluruh jemaat. (Bil.8:22; Taw.11:14-15; Yeh.45:4; Yoel 1:13; Ul.18:7)
b.
Istilah Liturgi dalam Perjanjian Baru
Dari Kitab Roma 15:27 dan II Kor.9:12 kita dapat menemukan arti liturgi. Pertama, arti politis; kewajiban dari anggota-anggota jemaat yang kaya untuk menolong anggota-anggota jemaat yang miskin. Kedua, arti kultis; sebagai pelayanan kudus, pelayanan keagamaan yang agung. Setelah memahami istilah liturgi dalam Perjanjian Baru, jelas memperlihatkan kepada kita bahwa liturgi mempunyai arti yang sangat luas. Oleh karena itu tidak dapat dibatasi pada hal pelayanan ibadah saja, ia mencakup seluruh pelayanan jemaat.
Dari Kitab Roma 15:27 dan II Kor.9:12 kita dapat menemukan arti liturgi. Pertama, arti politis; kewajiban dari anggota-anggota jemaat yang kaya untuk menolong anggota-anggota jemaat yang miskin. Kedua, arti kultis; sebagai pelayanan kudus, pelayanan keagamaan yang agung. Setelah memahami istilah liturgi dalam Perjanjian Baru, jelas memperlihatkan kepada kita bahwa liturgi mempunyai arti yang sangat luas. Oleh karena itu tidak dapat dibatasi pada hal pelayanan ibadah saja, ia mencakup seluruh pelayanan jemaat.
2.1.2.
Latar Belakang Terbentuknya Liturgi Gereja
Liturgi awal berjalan tanpa terikat pada
buku-buku liturgi, tata liturgi (baku), formula liturgis, dan aturan-atura
lituis lain. Bahkan, nama unsur-unsur liturgi baru muncul dalam perjalanan
sejara kemudian. Akan tetapi, di dalam liturgi yang hidup itu terkandung berbagai
cara dan kreativitas rohani yang kaya. Dalam Kisah Para Rasul 4:32-35; 5:12-16
memperlihatan praktik ibadah umat awal. Keadaan tanpa ikatan pada tata liturgi
baku itu menyebabkan adanya berbagai bentuk ibadahawal. Ada umat yang aktif
berpartisipasi dalam kebaktian (1 Kor. 12; 14:1-4), tetapi untuk tempat lain
tidak ada informasi yang serupa. Tidak adanya formula yang seragam antara
ibadah jemaat yang satu dengan jemaaat yang lain menyebabkan munculnya kekayaan
ritus di konteks masing-masing. Kesederhanaan liturgy awal disebabkan oleh
budaya jemaat tentang ibadah. Perayaan ibadah adalah perkumpulan atau
pertemuan. Jemaat berkumpul dan untuk berdoa dan memecahkan roti. Jadi, ibadah
awal tidak bersifat kultus. Belum ada kultus seramai perkembangan kemudian.
Liturgi Gereja mula-mula dikenal melalui cara dan sikap mereka hidup, bukan
melalui cara liturgy dilayankan. Ada sikap sehati, sejawi, tidak ada milik
pribadi, segala sesuatu adalah kepunyaan bersama. Mereka bertekun dalam doa,
membaptis, dan memecah-mecahkan roti (Kis.2:4).[3]
2.1.3. Faktor
Terbentuknya Liturgi Gereja
Banyak faktor yang membentuk terjadinya liturgi.
Faktor-faktor ini menghasilkan
suatu tata ibadah yang konkret di suatu tempat tertentu, dalam situasi dan
waktu tertentu. Beberapa faktor penting yang dapat kita temukan diantaranya[4]:
a. Faktor Alkitab
Tidak ada
asas lain untuk ajaran Gereja selain Alkitab bagi Gereja Kristen Protestan.
Demikian pula unsur-unsur yang ada dalam liturgi tidak mungkin lepas dari
kewibawaan Alkitab, justru Alkitab menjadi dasar suatu liturgi. Beberapa dasar
Alkitabiah yang dipakai dalam Alkitab diantaranya; Roma 15:16,27; II Kor 9:12.
b. Faktor Ajaran Gereja (Dogma)
Ajaran
Gereja juga memberikan warna dalam penetapan liturgi. Dalam Gereja Reformasi faktor
dogma erat berkaitan dengan faktor Alkitab. Oleh karena itu wewenang ajaran
Gereja sama pentingnya dengan faktor Alkitab, dengan demikian ajaran gereja
mempunyai tempat penting dalam proses menetapkan suatu liturgi.
c.
Faktor Persekutuan Gereja
Dalam penetapan
sebuah liturgi suatu jemaat tidak dapat dengan sekehendaknya menentukan liturgi
yang dipakai. Tentunya gereja terikat dalam Persekutuan-Persekutuan Gereja,
apabila sebuah persidangan memutuskan dan menentukan suatu tata ibadah, dengan
maksud supaya semua Gereja memakai tata ibadah itu, maka peraturan itu bersifat
perintah mutlak, yaitu berdasarkan ketentuan bersama-sama dalam Persekutuan
Gereja.
d.
Faktor Sejarah Gereja
Gereja yang
hidup sekarang tidak dapat lepas dan dipisahkan dengan Gereja yang hidup pada
masa lampau. Apa yang ada dan terjadi dalam Gereja sekarang merupakan
perkembangan ataupun warisan dari Gereja masa lampau. Demikian juga dalam hal
liturgi, liturgi yang ada sekarang tidak mungkin lepas dari liturgi yang ada di
masa lampau. Sejarah Gereja, demikian pula sejarah liturgi turut mempengaruhi
unsur liturgi yang ada sekarang.
2.1.4.
Unsur-unsur Liturgi Gereja
Liturgi/tata
ibadah tersusun dari berbagai unsur yang semuanya mempunyai arti dan makna
khusus dalam satu-kesatuan liturgi. Unsur-unsur yang ada dalam liturgi tersebut
adalah sebagai berikut:
·
Adiutorium atau Votum dan
Salam:
ibadah selalu diawali dengan pengakuan masing-masing jemaat dalam hatinya.
Votum dirangkai dengan salam, biasanya diambil dari 1 Kor. 1:3 “kasih karunia dan damai sejahtera Allah,
Bapa kita dan dari Yesus Kristus menyertai kamu” salam ini diucapkan oleh
pelayan dan mendapat tanggapan dari umat yang mengatakan “Amin”.
·
Memuji Tuhan dengan Kidung
Pujian (Bernyanyi)
·
Pengakuan dosa; pembacaan hukum kasih,
penyesalan dosa, berita anugerah, petunjuk hidup baru dan kesanggupan.
·
Doa syukur atau doa syafaat
·
Pembacaan Firman
·
Persembahan Doa penutup, Pengakuan iman, Doa berkat
Demikian unsur-unsur yang
terdapat dalam liturgi, yamg masing-masing unsur memiliki makna tersendiri dan
unsur yang satu dengan yang lain saling melengkapi dan sama pentingnya,
sehingga liturgi harus dilihat sebagai kesatuan yang utuh.[5]
2.1.5. Pelaksana/Petugas
Liturgi Gereja
Pelaksana Liturgi
Gereja antara lain ialah sebagai berikut:
1) Pemimpin
Ibadat: Yang biasa memimpin kegiatan Liturgi (khususnya
Ekaristi) ialah Imam. Dalam kehidupan sehari-hari, imam juga sama dengan pastor
atau pendeta. Imam juga bisa digantikan dengan ppembantu-pembantu imam, seperti
penatua dan syamas.[6]
2)
Jemaat:
Liturgi dilaksankan secara konkret. Hal pertama yang dilakukan jemaat adalah
berhimpun: saling menyambut dan menyapa, duduk di dekat meja altar dan duduk
berdekatan satu sama yang lain. Jemaat harus berhimpun dan duduk bersama-sama.
Tindakan ini merupakan hal dasariah untuk pelayanan jemaat. Liturgi tidak
terjadi pada ruang hampa. Liturgi bukanlah tempat tanpa senyum. Liturgi adalah
tempat kita duduk bersama. Hal-hal yang seperti itulah membuat liturgy mejadi
indah. [7]
3) Pengkotbah:
Untuk menyiapkan khotbah yang baik, orang harus meluangkan waktu dan tenaga.
Khotbah bukan sekedar menerangkan atau menjelaskan kutipanAlkitab, bukan
sekedar menyajikan hasil penelaah para ahli. Pengkotbah harus memahami cara
merenungkan Alkitab, dan cara membuka diri terhadapnya.[8]
4) Petugas
Kolekte; Petugas kolekte adalah orang-orang yang
ditugasi mengumpulkan uang kolekte dari umat. Pengumpulan kolekte dilakukan
pada saat persembahan.[9]
5) Pelayan
Musik: Pelayan musik bertugas untuk
mengembangkan musik dengan berbagai cara
sehingga musik menjadi bagian yang menyatu dengn liturgi. Orang yang memiliki
kecakapan musik untuk pelayanan, tidak selalu memahami dan cita rasa yang baik
tentang liturgi. Pelayan musik harus bekerja sama dengan semua orang yang
terlibat dalam liturgi.[10]
Maka para petugas
dalam melaksanakan Liturgi tersebut, akan ditemukan hal-hal yang berkaitan
dengan pelaksanaan Liturgi ini, antara lain:
1.
Pakaian Liturgi
Yang
dimaksud dengan pakaian liturgi adalah busana yang dipakai untuk upacara
peribadatan, termasuk juga upacara Ekaristi/perjamuan kudus. Baik uskup, imam,
pendeta, ataupun petugas liturgi lainnya mengenakan busana peribadatan. Yang
mudah kita amati ialah pakaian imam yang kita lihat setidak-tidaknya seminggu
sekali, maka uraian berikut mulai dengan pakaian imam.[11]
2. Warna
Liturgi[12]
Terdapat
6 macam warna liturgi yaitu:
·
Warna Kuning:
Kuning mengungkapkan kemuliaan, kemenangan, dan kegembiraan. Warna ini bisa dipertukarkan
dengan warna putih dan dipakai pada hari-hari raya seperti Natal, Paskah, dan
lain sebagainya.
·
Warna Merah:
Merah melambangkan Roh Kudus, darah, api, cinta kasih, pengorbanan, dan
kekuatan. Di pakai pada saat Jumat Agung, Pentakosta.
·
Warna Putih:
putih mengungkapkan kegembiraan da kesucian.
·
Warna Ungu;
Ungu mengungkapkan tobat, duka, dan raga. Dipakai pada masa Adven, Prapaskah,
dan pemakaman.
·
Warna Hijau;
melambangkan harapan, syukur, dan kesuburan.
·
Warna Hitam: mengungkapkan
kesedihan atau berkabung.
3. 25
Sikap Dalam Liturgi
Dalam
Liturgi, ada 25 macam sikap yang biasa dilakukan, antara lain (pada umat
Katholik) ;
1) Berjalan
: dengan berbaris, khidmat dan tidak tergesa-gesa.
2) Membuat
tanda Salib
3) Perarakan
(seperti barisan prosesi)
4) Membungkuk
5) Mengecup
6) Mendupai
7) Menundukkan
kepala
8) Berlutut
9) Menebah
dada 19)
Bersalaman
10) Duduk 20) Mencium
11) Bersila 21)
Menumpangkan tangan
12) Berdiri 22)
Memerciki
13) Merentangkan
tangan 23) Menelungkup
14) Menengadahkan
kepala 24) Mengurapi
15) Mengangkat
tangan 25) Memberkati
16) Menyembah
17) Mengatupkan
tangan
18) Bergandengan
tangan
2.1.6. Makna Liturgi
Gereja
Setelah mengetahui istilah dan pengertian liturgi serta unsur-unsur yang
ada didalamnya liturgi, maka kita menyadari bahwa liturgi bukan sekedar tata
ibadah/media kebaktian yang sederhana. Akan tetapi kita menyadari bahwa begitu
dalam dan berharganya sebuah liturgi. Berikut beberapa makna yang dapat kita
ambil dari liturgi yang dipakai dalam ibadah jemaat:
1. Liturgi
sebagai Media Pertemuan Antara Allah dan Umat.
Liturgi merupakan media “pertemuan” antara Tuhan Allah dengan jemaatNya. Ada dialog atau kegiatan antara Tuhan Allah dengan Umat. Kegiatan yang datangnya dari Allah dan mendapat tanggapan dari umat, terjadilah dialog. Kegiatan dari Allah; pada pembacaan hukum kasih, pemberian berita anugerah/pengampunan, petunjuk hidup baru, penyampaian firman dan berkat. Kegiatan dari Allah dan diperuntukkan bagi umat dan mendapat tanggapan dari umat; pujian, doa, kesanggupan atas perintah Allah, persembahan dan pengakuan iman kepada Allah, Terjadinya dialog inilah maka kita dapat mengambil makna bahwa liturgi sebagai tempat bertemunya Allah Yang Maha Kudus dengan umat-Nya.
Liturgi merupakan media “pertemuan” antara Tuhan Allah dengan jemaatNya. Ada dialog atau kegiatan antara Tuhan Allah dengan Umat. Kegiatan yang datangnya dari Allah dan mendapat tanggapan dari umat, terjadilah dialog. Kegiatan dari Allah; pada pembacaan hukum kasih, pemberian berita anugerah/pengampunan, petunjuk hidup baru, penyampaian firman dan berkat. Kegiatan dari Allah dan diperuntukkan bagi umat dan mendapat tanggapan dari umat; pujian, doa, kesanggupan atas perintah Allah, persembahan dan pengakuan iman kepada Allah, Terjadinya dialog inilah maka kita dapat mengambil makna bahwa liturgi sebagai tempat bertemunya Allah Yang Maha Kudus dengan umat-Nya.
2. Liturgi
sebagai Sarana Berkumpulnya Jemaat.
Dalam praktek pelaksanaan liturgi pastilah kita mendapati orang-orang yang berkumpul. Berkumpulnya jemaat ini merupakan ciri khas jemaat di tengah dunia. Setiap minggu mereka/orang Kristen meninggalkan rumah masing-masing, untuk pergi ke suatu tempat khusus, yaitu gereja. Dalam perkumpulan ini mereka menyatakan diri kepada dunia dan kepada Tuhan bahwa mereka berkumpul untuk bersatu dalam iman. Berkumpul sebagai syarat bagi kehidupan jemaat, supaya dengan perkumpulan itu Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.
Dalam praktek pelaksanaan liturgi pastilah kita mendapati orang-orang yang berkumpul. Berkumpulnya jemaat ini merupakan ciri khas jemaat di tengah dunia. Setiap minggu mereka/orang Kristen meninggalkan rumah masing-masing, untuk pergi ke suatu tempat khusus, yaitu gereja. Dalam perkumpulan ini mereka menyatakan diri kepada dunia dan kepada Tuhan bahwa mereka berkumpul untuk bersatu dalam iman. Berkumpul sebagai syarat bagi kehidupan jemaat, supaya dengan perkumpulan itu Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.
3. Liturgi
sebagai pelayanan
Liturgi mempunyai makna pelayanan, diantaranya adalah; Pelayanan Kristus kepada kita. Tuhan Yesus Kristus melalui liturgi memberi pelayanan pendamaian kepada kita. Pelayanan pendamaian yang dianugerahkan kepada kita.terwujud dalam pelayanan firman dan sakramen hingga kita memperoleh pembenaran dan kehidupan kekal. Pelayanan kita kepada Allah. Dalam ibadah liturgis nampak pelayanan yang kita berikan kepada Allah. Pelayanan tersebut terwujud dalam unsur doa, persembahan dan syukur. Pelayanan kita kepada Persekutuan.Dalam ibadah liturgis kita saling bersekutu, kita berdoa bersama-sama untuk persekutuan seutuhnya, kita mendengar firman bersama-sama, menyanyi dan memberi persembahan. Kebersamaan yang ada dalam pelaksanaan liturgi menunjukkan bahwa kita bersama-sama melakukan pelayanan dalam persekutuan.
Liturgi mempunyai makna pelayanan, diantaranya adalah; Pelayanan Kristus kepada kita. Tuhan Yesus Kristus melalui liturgi memberi pelayanan pendamaian kepada kita. Pelayanan pendamaian yang dianugerahkan kepada kita.terwujud dalam pelayanan firman dan sakramen hingga kita memperoleh pembenaran dan kehidupan kekal. Pelayanan kita kepada Allah. Dalam ibadah liturgis nampak pelayanan yang kita berikan kepada Allah. Pelayanan tersebut terwujud dalam unsur doa, persembahan dan syukur. Pelayanan kita kepada Persekutuan.Dalam ibadah liturgis kita saling bersekutu, kita berdoa bersama-sama untuk persekutuan seutuhnya, kita mendengar firman bersama-sama, menyanyi dan memberi persembahan. Kebersamaan yang ada dalam pelaksanaan liturgi menunjukkan bahwa kita bersama-sama melakukan pelayanan dalam persekutuan.
4. Liturgi
sebagai Pembaharuan Perjanjian Anugerah.
Kita mengakui bahwa anugerah Allah yang kita terima (keselamatan) belum sempurna, kesempurnaan akan terjadi kelak pada kedatangan Tuhan kedua kali. Itu berarti anugerah yang telah kita terimaa masih harus terus dijaga, apalagi kita sangat rentan dengan dosa yang dapat merusak anugerah Allah. Manusia seringkali melanggar dan merusak perjanjian anugerah Allah, namun karena Allah adalah setia maka Allah tetap mengasihi manusia dengan tetap memberikan pembaharuan AnugerahNya yang nampak dalam keseluruhan liturgi. Dalam ibadah liturgis tersebut kedua pihak mengulangi dan meneguhkan janji-janji dan tuntutan-tuntutan mereka, Tuhan menerima hormat dan manusia menerima penghiburan serta peneguhan iman.
Kita mengakui bahwa anugerah Allah yang kita terima (keselamatan) belum sempurna, kesempurnaan akan terjadi kelak pada kedatangan Tuhan kedua kali. Itu berarti anugerah yang telah kita terimaa masih harus terus dijaga, apalagi kita sangat rentan dengan dosa yang dapat merusak anugerah Allah. Manusia seringkali melanggar dan merusak perjanjian anugerah Allah, namun karena Allah adalah setia maka Allah tetap mengasihi manusia dengan tetap memberikan pembaharuan AnugerahNya yang nampak dalam keseluruhan liturgi. Dalam ibadah liturgis tersebut kedua pihak mengulangi dan meneguhkan janji-janji dan tuntutan-tuntutan mereka, Tuhan menerima hormat dan manusia menerima penghiburan serta peneguhan iman.
5. Liturgi sebagai Jiwa Umat.
Kecenderungan Gereja-Gereja sekarang memahami arti liturgi secara sempit yaitu liturgi diartikan sebatas tata kebaktian dan ibadah.
Dalam pengertian luas, liturgi diartikan sebagai pelayanan yang melingkupi seluruh kehidupan jemaat, seluruh konteks kehidupan jemaat. Demikian juga kita tidak dapat memisahkan ibadah liturgis kita dengan kehidupan sesehari kita, sebab apa yang terdapat dalam liturgi menjadi dasar dan arah hidup kita. Dengan demikian liturgi menjiwai umat dalam kehidupan sehari-hari, liturgi tidak hanya berfungsi pada hari Minggu saja.
Kecenderungan Gereja-Gereja sekarang memahami arti liturgi secara sempit yaitu liturgi diartikan sebatas tata kebaktian dan ibadah.
Dalam pengertian luas, liturgi diartikan sebagai pelayanan yang melingkupi seluruh kehidupan jemaat, seluruh konteks kehidupan jemaat. Demikian juga kita tidak dapat memisahkan ibadah liturgis kita dengan kehidupan sesehari kita, sebab apa yang terdapat dalam liturgi menjadi dasar dan arah hidup kita. Dengan demikian liturgi menjiwai umat dalam kehidupan sehari-hari, liturgi tidak hanya berfungsi pada hari Minggu saja.
6. Liturgi
sebagai Cermin Ibadah Surgawi.
Ibadah
liturgis, belum sempurna selama masih di dunia, akan disempurnakan pada
waktunya di surga. Dalam ibadah kita melihat kenyataan dosa-dosa kita, sehingga
dalam ibadah perlu ada nasehat-nasehat, ada pengampunan dosa dari Tuhan kepada
umat. Oleh karena liturgi sekarang belum sempurna dan baru sempurna pada
waktunya di surga maka dapat kita ambil maknanya bahwa ibadah liturgis/liturgi
yang ada dalam dunia sekarang ini merupakan cermin ibadah surgawi.
2.1.7.
Liturgi Gereja Sebagai Bahan Kateketika
Pengajaran Gereja bukan saja kita dapati dalam buku-buku katekismus dan
bukan kofessinya, tetapi juga dalam buku-buku liturgisnya. Kita mengetahui
bahwa liturgi-liturgi yang digunakan oleh Gereja-gereja kita lebih sederhana
daripada liturgi-liturgi yang dimiliki oleh Gereja Katholik Roma dan Gereja
Anglikan. Pengetahuan liturgis yang kita maksudkan disini ialah terutama
pengetahuan tentang ibadah jemaat dan liturginya. Pemimpin-pemimpin katekisasi
tidak perlu secara terinci membicarakan semua formulir liturgis, seperti
formulir baptisan, formulis-perjamuan, formulir-peneguhan dan berkata nikah dan
lain sebagainya. Pembicaraan terinci yang demikian dapat merusak pemahaman yang
benar tentang liturgi.Maksud pembicaraan tentang ibadah Jemaat dan liturginya
ialah bukan saja supaya pengikut-pengikut katekisasi mengetahui apa itu ibadah
Jemaat dan apa yang terjadi disitu, tetapi terutama supaya mereka dengan yakin
dan gembira turut mengambil bagian di dalamnya: turut mendengarkan firman Tuhan
yang diberitakan disitu, turut menyanyi dan memuliakan Allah karena pimpinan
dan pemeliharaanNya untuk menaikkan syafaaat kepadaNya untuk dunia dan
persoalan-persoalan dunia, turut menghayati persekutuan iman dengan
anggota-anggota jemaat lainnya yang hadir di situ, dan bersedia diutus keluar
untuk bersam-sama dengan mereka menyampaikan berita-keselamatan kepada orang
lain.[13]
2.2.
Penelitian tentang
Liturgi Gereja
2.2.1.
“Liturgi
Gereja”
di Gereja Kristen Protestan Simalungun
Gereja Kristen Protestan Simalungun atau
GKPS, adalah Gereja yang berkesukuan Simalungun, yang berdiri pada tanggal 2
September 1903. GKPS merupakan Gereja yang menganut aliran Lutheran. GKPS
adalah Gereja yang sudah banyak beredar di berbagai tempat, khususnya di
Indonesia. GKPS dalam peribadahannya memiliki 5 warna Liturgi, yaitu;
1. Hatirongga (Ungu): warna
kerajaan, simbol dari penghapusan dosa
2. Silopak (putih):
warna kekudusan dan kesempurnaan, simbol kekudusan Tuhan Yesus dan Roh Kudusan
3. Siratah (hijau):
warna dari kehidupan, symbol dari kerja orang Kisten didalam kuasa penebusan
dan keselamatan dar Tuhan
4. Sigerger (merah):
warna dari darah dan api, simbol semangat, puji-pujian dan rasa terimakasih
kepada Tuhan
5. Sibirong (hitam):
warna kegelapan, simbol kematian dan dukacita
2.2.2. Pelaksanaan
“Liturgi
Gereja”
di Gereja Kristen
Protestan Simalungun
I.
Dalam Liturgi peribadahan kebaktian minggu
GKPS dipakai 5 model, yaitu[14]:
1) Model
A
2) Model
B
3) Model
C
4) Model
D
5) Model
E
II.
Unsur-unsur
Liturgi dalam
Peribadahan GKPS adalah[15]:
1) Praeludium:
nyanyian pembuka sebelum ibadah
2) Votum-Introitus-Doa
3) Nyanyian:
respons/sambutan jemaat terhadap introitus
4) Pembacaan
Titah/Hukum Taurat atau penggantinya
5) Nyanyian
Jemaat
6) Pengakuan
dosa dan Pemberitaan Anugerah
7) Nyanyian
Jemaat
8) Pembacaan
Firman Tuhan (sibasaon)
9) Paduan
suara/Koor/Vokal Group
10) Pengakuan
Iman
11) Khotbah
12) Persembahan
(galangan)
13) Doa
penutup-Doa Berkat
2.2.3. Hasil
Wawancara Mengenai “Liturgi Gereja”
Wawancara ini dilaksankan dengan
Narasumber yang berinisial I. S. Malau,
yang merupakan anggota jemaat dari GKPS Gajapokki.
Peneliti : Apakah Gereja anda membuat
program pembelajaran Kateketika?
Narasumber : Tidak
Peneliti :
menurut anda, apakah pembelajaran Kateketika itu perlu diadakan sehingga banyak
yang memahami?
Narasumber : penting, karena pembelajaran ini akan membuat wawasan
kita akan luas terutama pemahaman tentang Alkitab
Peneliti : apakah anda tahu jelas
tentang Liturgi Gereja?
Narasumber : saya kurang memahaminya
Peneliti : apakah menurut anda itu
perlu di pahami oleh jemaat?
Narasumber :
ya, sangat perlu. Supaya semua orang memahami dan mengetahuinya.
Peneliti : jadi apa menurut anda Liturgi
Gereja ini?
Narasumber :
liturgi Gereja itu adalah tata Gereja yang mampu membuat ibadah itu dapat
berjalan dengan teratur, sehingga dapat menikmati ibadah dengan baik.
Berdasarkan hasil wawancara singkat
tersebut, dapat disimpulkan, bahwa ternyata masih ada Gereja yang belum membuat
program pembelajaran Kateketika. Sehingga dalam ketidakpahamannya tersebut maka
warga jemaat pun tidak akan memahami Liturgi Gereja. Bagaiman itu Kateketika,
apa itu Alkitab, apa itu Liturgi Gereja dan bagaimana sebenarnya
pelaksanaannya. Sehingga permasalahnnya sekarang adalah pemograman pembelajaran
untuk Kateketika.[16]
2.3.
Hubungan Teori Liturgi Gereja Dengan Penelitian
Seperti yang telah dipaparkan pada sub judul sebelumnya,
bahwa Liturgi Gereja adalah salah satu bahan Kateketika untuk pengajaran Iman
Kristen, jelaslah bahwa Liturgi Gereja ini sangat penting untuk dipahami dalam
pelaksanaanya. Dimana Liturgi Gereja ini adalah tata ibadat umum di Gereja dan atau tata cara kebaktian.
Sedangkan menurut bahasa Yunani, kata liturgi ini berasal dari kata “leitourgia” (leitourgia), yang artinya adalah pekerjaan atau pelayanan yang dilakukan untuk bangsa sebagai suatu
persekutuan politik atau bekerja sama. Yang memiliki petugas dalam melaksanakannya, unsur-unsurnya,
warnanya, maknanya dan pentingnya sebagai bahan Kateketika.
Namun pada
kenyataanya, pada hasil wawancara dan penelitian, teori tentang Liturgi Gereja
dengan pelaksanaannya di GKPS, adalah berbeda.
Seperti contohnya, tidak ditemukannya 25 sikap Liturgi Gereja pada GKPS. Serta
contoh lainnya adalah Liturgi Gereja tidak dijadikan sebagai bahan Kateketika
di jemaat. Sehingga Liturgi Gereja ini tidak ada yang memahaminya.
III.
TANGGAPAN
Setelah
memahami Liturgi Gereja dan hal-hal yang berkaitan dengan Liturgi Gereja, maka
akan banyak orang mengerti bahwa Liturgi Gereja memang betul-betul sangat
penting untuk dipahami. Tanggapan peneliti akan masalah ini ialah, seharusnya
setiap Gereja mengusahakan Program untuk pembelajaran Kateketika ini. Sehingga
saat mereka mengetahui tentang Kateketika terkhususnya Liturgi Gereja dan
pengajaran Iman Kristen lainnya, maka mereka akan semakin mengerti tentang sistem
peribadahan mereka yaitu di GKPS. Dan mereka akan terbekali untuk selanjutnya,
dan dapat memiliki pengetahuan yang luas. Dengan harapan supaya dapat
memperbaiki kesalahan yang ada, menyempurnakan yang sudah baik, dan dapat mengembangkan
segala usaha yang sudah di anggap baik sebelumnya. Sehingga pemahaman para jemaat
akan kuat untuk kedepannya.
IV.
KESIMPULAN
Liturgi
Gereja adalah sistem peribadahan yang tersusun dengan sistematis, yang diciptakan
oleh jemaat yang menginginkan suatu ibadah yang berjalan dengan baik. Liturgi Gereja
merupakan salah satu bahan-bahan dari Kateketika untuk Pengajaran Iman Kristen
bagi para umat Gereja. Liturgi Gereja ini sangat penting untuk dilaksanakan
dalam rangka pembekalan jemaat untuk mampu mengembangkan Gereja seperti yang
diharapkan. Namun masih banyak Gereja yang belum melaksanakannya, sehingga
banyak juga jemaat yang tidak tahu apa itu Liturgi Gereja. Mereke hanya
mengetahui Liturgi Gereja ini hanya sebatas pada pengertiannya saja, tidak tahu
bagaimana dengan pelaksanaanya. Sehingga sangat diharapkan untuk melaksanakan
program ini.
V.
KEPUSTAKAAN
Rachman
Rasid, Pembimbing Ke Dalam Sejarah
LITURGI, Jakarta: BPK-GM, 2010
Windhu
I. Marsana, Mengenal Ruangan,
Perlengkapan dan Petugas LITURGI, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1997
Huck Gabe, Liturgi Yang Anggun dan Menawan, Yogyakarta: Penerbit Kanisius,
2001
Abineno J. L. CH., Sekitar Katekese Gerejawi, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2005
Sumber lain:
……Bina Iman Parguru Manaksihon, Pematang
Siantar: Kolportase GKPS, 20015
…..Bibel Pakon Haleluya GKPS,
…..Hasil Wawancara, I. S. Malau anggota jemaat
GKPS Gajapokki,
[1]
http://www.bajupendeta.com/pembinaan/makna-liturgi-dalam-ibadah-jemaat/ diakses jam 11.00, 18 Mei 2017
[2]Ibid ,
[3]Rasid
Rachman, Pembimbing Ke Dalam Sejarah
LITURGI, (Jakarta: BPK-GM, 2010), 17-18
[4]http://www.bajupendeta.com/pembinaan/makna-liturgi-dalam-ibadah-jemaat/ diakses jam 11.00, 18 Mei 2017
[5]http://www.bajupendeta.com/pembinaan/makna-liturgi-dalam-ibadah-jemaat/, diakses jam 08.07 Jumat, 19 Mei 2107
[6]i.
Marsana Windhu, Mengenal Ruangan,
Perlengkapan dan Petugas LITURGI, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1997), 33
[7]Gabe Huck, Liturgi Yang Anggun dan Menawan, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,
2001), 90-109
[8]Ibid,
[9]Ibid,
[10]Ibid,
[11]I.
Marsana Windhu, Mengenal Peralatan, Warna
dan Pakaian LITURGI, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1997), 13
[12]Ibid,
22-24
[13]J. L. CH. Abineno, Sekitar Katekese Gerejawi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), 137-139
[14]……Bibel Pakon Haleluya GKPS, 533-544
[15]…..Bina Iman Parguru Manaksihon, (Pematang
Siantar: Kolportase GKPS, 2015), 101-104
[16],,,,Hasil Wawancara, dengan I. S. Malau anggota
jemaat GKPS Gajapokki,
asekkkkk, udah keren ya botttt
BalasHapuscantekkk barang tuhhhhhhh ..... :D :D :D