Liturgi Gereja Sebagai Bahan Kateketika



                          Bahan-bahan Kateketika: Pengajaran Tentang Iman Kristen
LITURGI GEREJA
(Liturgi Gereja Sebagai Bahan Kateketika Serta Permasalahan Dalam Pelaksanaannya di Gereja)

                    


       I.            PENDAHULUAN
Dalam kehidupan bergereja, dari pemimpin Gereja sampai anggota Gereja yang ada di dalamnya pasti memiliki keinginan suatu keberaturan dalam Gereja tersebut. Salah satunya ialah keberaturan susunan dalam peribadahan. Untuk berjalannya peribadahan ini dengan baik, maka jemaat yang ada di dalamnya beserta kepengurusannya itu membuat suatu aturan dalam peribadahan yang disebut dengan Liturgi Gereja. Pada kesempatan kali ini, saya sebagai mahasiswa peneliti, akan memaparkan apa itu Liturgi Gereja beserta hasil penelitian saya mengenai Pelaksanaan Liturgi Gereja ini di dalam Gereja. Semoga hasil penelitian ini dapat menambah wawasan kita para pembaca.
    II.            PEMBAHASAN
2.1.    Liturgi Gereja
2.1.1.   Pengertian Liturgi Gereja
Kata “liturgi” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ibadat umum di Gereja dan atau tata cara kebaktian. Sedangkan menurut bahasa Yunani, kata liturgi ini berasal dari kata “leitourgia” (leitourgia), yang artinya adalah pekerjaan atau pelayanan yang dilakukan untuk bangsa sebagai suatu persekutuan politik atau bekerja sama. Pada mulanya liturgi dalam dunia Yunani lebih dekat dengan bidang politik, dan sebagai pelayanan khusus kepada masyarakat. Sedangkan Gereja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah gedung (rumah) tempat berdoa dan melakukan upacara agama Kristen.[1] Dapat disimpulkan bahwa Liturgi Gereja adalah suatu pelayanan yang dilakukan di dalam Gereja dan biasanya banyak ditemukan dalam peribadahan.
Kita dapat menemukan istilah liturgi dalam Alkitab. Istilah liturgi dalam Alkitab yang pada perkembangannya mempengaruhi kita mengenai paham liturgi. Antara lain[2];
a.             Istilah Liturgi dalam Perjanjian Lama
     Istilah liturgi hanya dipakai dalam hal persoalan agama, menunjuk kepada pelaksanaan tugas imam dan orang Lewi dalam kemah suci serta Bait Allah, terutama dalam pelayanan mezbah, suatu pekerjaan yang dilaksanakan oleh para imam secara tertib, hidmat dan sesuai dengan undang-undang upacara ibadat; suatu pelayanan yang berguna untuk seluruh jemaat. (Bil.8:22; Taw.11:14-15; Yeh.45:4; Yoel 1:13; Ul.18:7)
b.   Istilah Liturgi dalam Perjanjian Baru
    Dari Kitab Roma 15:27 dan II Kor.9:12 kita dapat menemukan arti liturgi. Pertama, arti politis; kewajiban dari anggota-anggota jemaat yang kaya untuk menolong anggota-anggota jemaat yang miskin. Kedua, arti kultis; sebagai pelayanan kudus, pelayanan keagamaan yang agung. Setelah memahami istilah liturgi dalam Perjanjian Baru, jelas memperlihatkan kepada kita bahwa liturgi mempunyai arti yang sangat luas. Oleh karena itu tidak dapat dibatasi pada hal pelayanan ibadah saja, ia mencakup seluruh pelayanan jemaat.
2.1.2.      Latar Belakang Terbentuknya Liturgi Gereja
Liturgi awal berjalan tanpa terikat pada buku-buku liturgi, tata liturgi (baku), formula liturgis, dan aturan-atura lituis lain. Bahkan, nama unsur-unsur liturgi baru muncul dalam perjalanan sejara kemudian. Akan tetapi, di dalam liturgi yang hidup itu terkandung berbagai cara dan kreativitas rohani yang kaya. Dalam Kisah Para Rasul 4:32-35; 5:12-16 memperlihatan praktik ibadah umat awal. Keadaan tanpa ikatan pada tata liturgi baku itu menyebabkan adanya berbagai bentuk ibadahawal. Ada umat yang aktif berpartisipasi dalam kebaktian (1 Kor. 12; 14:1-4), tetapi untuk tempat lain tidak ada informasi yang serupa. Tidak adanya formula yang seragam antara ibadah jemaat yang satu dengan jemaaat yang lain menyebabkan munculnya kekayaan ritus di konteks masing-masing. Kesederhanaan liturgy awal disebabkan oleh budaya jemaat tentang ibadah. Perayaan ibadah adalah perkumpulan atau pertemuan. Jemaat berkumpul dan untuk berdoa dan memecahkan roti. Jadi, ibadah awal tidak bersifat kultus. Belum ada kultus seramai perkembangan kemudian. Liturgi Gereja mula-mula dikenal melalui cara dan sikap mereka hidup, bukan melalui cara liturgy dilayankan. Ada sikap sehati, sejawi, tidak ada milik pribadi, segala sesuatu adalah kepunyaan bersama. Mereka bertekun dalam doa, membaptis, dan memecah-mecahkan roti (Kis.2:4).[3]
2.1.3.      Faktor Terbentuknya Liturgi Gereja
Banyak faktor yang membentuk terjadinya liturgi. Faktor-faktor ini menghasilkan suatu tata ibadah yang konkret di suatu tempat tertentu, dalam situasi dan waktu tertentu. Beberapa faktor penting yang dapat kita temukan diantaranya[4]:
a.  Faktor Alkitab
Tidak ada asas lain untuk ajaran Gereja selain Alkitab bagi Gereja Kristen Protestan. Demikian pula unsur-unsur yang ada dalam liturgi tidak mungkin lepas dari kewibawaan Alkitab, justru Alkitab menjadi dasar suatu liturgi. Beberapa dasar Alkitabiah yang dipakai dalam Alkitab diantaranya; Roma 15:16,27; II Kor 9:12.
b.    Faktor Ajaran Gereja (Dogma)
Ajaran Gereja juga memberikan warna dalam penetapan liturgi. Dalam Gereja Reformasi faktor dogma erat berkaitan dengan faktor Alkitab. Oleh karena itu wewenang ajaran Gereja sama pentingnya dengan faktor Alkitab, dengan demikian ajaran gereja mempunyai tempat penting dalam proses menetapkan suatu liturgi.
c.                Faktor Persekutuan Gereja
Dalam penetapan sebuah liturgi suatu jemaat tidak dapat dengan sekehendaknya menentukan liturgi yang dipakai. Tentunya gereja terikat dalam Persekutuan-Persekutuan Gereja, apabila sebuah persidangan memutuskan dan menentukan suatu tata ibadah, dengan maksud supaya semua Gereja memakai tata ibadah itu, maka peraturan itu bersifat perintah mutlak, yaitu berdasarkan ketentuan bersama-sama dalam Persekutuan Gereja.
d.            Faktor Sejarah Gereja
Gereja yang hidup sekarang tidak dapat lepas dan dipisahkan dengan Gereja yang hidup pada masa lampau. Apa yang ada dan terjadi dalam Gereja sekarang merupakan perkembangan ataupun warisan dari Gereja masa lampau. Demikian juga dalam hal liturgi, liturgi yang ada sekarang tidak mungkin lepas dari liturgi yang ada di masa lampau. Sejarah Gereja, demikian pula sejarah liturgi turut mempengaruhi unsur liturgi yang ada sekarang.
2.1.4.            Unsur-unsur Liturgi Gereja
Liturgi/tata ibadah tersusun dari berbagai unsur yang semuanya mempunyai arti dan makna khusus dalam satu-kesatuan liturgi. Unsur-unsur yang ada dalam liturgi tersebut adalah sebagai berikut:
·         Adiutorium atau Votum dan Salam: ibadah selalu diawali dengan pengakuan masing-masing jemaat dalam hatinya. Votum dirangkai dengan salam, biasanya diambil dari 1 Kor. 1:3 “kasih karunia dan damai sejahtera Allah, Bapa kita dan dari Yesus Kristus menyertai kamu” salam ini diucapkan oleh pelayan dan mendapat tanggapan dari umat yang mengatakan “Amin”.
·         Memuji Tuhan dengan Kidung Pujian (Bernyanyi)
·         Pengakuan dosa; pembacaan hukum kasih, penyesalan dosa, berita anugerah, petunjuk hidup baru dan kesanggupan.
·         Doa syukur atau doa syafaat
·         Pembacaan Firman
·         Persembahan Doa penutup, Pengakuan iman, Doa berkat
Demikian unsur-unsur yang terdapat dalam liturgi, yamg masing-masing unsur memiliki makna tersendiri dan unsur yang satu dengan yang lain saling melengkapi dan sama pentingnya, sehingga liturgi harus dilihat sebagai kesatuan yang utuh.[5]

2.1.5.      Pelaksana/Petugas Liturgi Gereja
Pelaksana Liturgi Gereja antara lain ialah sebagai berikut:
1)      Pemimpin Ibadat: Yang biasa memimpin kegiatan Liturgi (khususnya Ekaristi) ialah Imam. Dalam kehidupan sehari-hari, imam juga sama dengan pastor atau pendeta. Imam juga bisa digantikan dengan ppembantu-pembantu imam, seperti penatua dan syamas.[6]
2)   Jemaat: Liturgi dilaksankan secara konkret. Hal pertama yang dilakukan jemaat adalah berhimpun: saling menyambut dan menyapa, duduk di dekat meja altar dan duduk berdekatan satu sama yang lain. Jemaat harus berhimpun dan duduk bersama-sama. Tindakan ini merupakan hal dasariah untuk pelayanan jemaat. Liturgi tidak terjadi pada ruang hampa. Liturgi bukanlah tempat tanpa senyum. Liturgi adalah tempat kita duduk bersama. Hal-hal yang seperti itulah membuat liturgy mejadi indah. [7]
3)      Pengkotbah: Untuk menyiapkan khotbah yang baik, orang harus meluangkan waktu dan tenaga. Khotbah bukan sekedar menerangkan atau menjelaskan kutipanAlkitab, bukan sekedar menyajikan hasil penelaah para ahli. Pengkotbah harus memahami cara merenungkan Alkitab, dan cara membuka diri terhadapnya.[8]
4)      Petugas Kolekte; Petugas kolekte adalah orang-orang yang ditugasi mengumpulkan uang kolekte dari umat. Pengumpulan kolekte dilakukan pada saat persembahan.[9]
5)      Pelayan Musik: Pelayan musik bertugas untuk mengembangkan musik  dengan berbagai cara sehingga musik menjadi bagian yang menyatu dengn liturgi. Orang yang memiliki kecakapan musik untuk pelayanan, tidak selalu memahami dan cita rasa yang baik tentang liturgi. Pelayan musik harus bekerja sama dengan semua orang yang terlibat dalam liturgi.[10]
Maka para petugas dalam melaksanakan Liturgi tersebut, akan ditemukan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan Liturgi ini, antara lain:
1.      Pakaian Liturgi
                                Yang dimaksud dengan pakaian liturgi adalah busana yang dipakai untuk upacara peribadatan, termasuk juga upacara Ekaristi/perjamuan kudus. Baik uskup, imam, pendeta, ataupun petugas liturgi lainnya mengenakan busana peribadatan. Yang mudah kita amati ialah pakaian imam yang kita lihat setidak-tidaknya seminggu sekali, maka uraian berikut mulai dengan pakaian imam.[11]
2.      Warna Liturgi[12]
Terdapat 6 macam warna liturgi yaitu:
·         Warna Kuning: Kuning mengungkapkan kemuliaan, kemenangan, dan  kegembiraan. Warna ini bisa dipertukarkan dengan warna putih dan dipakai pada hari-hari raya seperti Natal, Paskah, dan lain sebagainya.
·         Warna Merah: Merah melambangkan Roh Kudus, darah, api, cinta kasih, pengorbanan, dan kekuatan. Di pakai pada saat Jumat Agung, Pentakosta.
·         Warna Putih: putih mengungkapkan kegembiraan da kesucian.
·         Warna Ungu; Ungu mengungkapkan tobat, duka, dan raga. Dipakai pada masa Adven, Prapaskah, dan pemakaman.
·         Warna Hijau; melambangkan harapan, syukur, dan kesuburan.
·         Warna Hitam: mengungkapkan kesedihan atau berkabung.

3.      25 Sikap Dalam Liturgi
Dalam Liturgi, ada 25 macam sikap yang biasa dilakukan, antara lain (pada umat Katholik) ;
1)      Berjalan : dengan berbaris, khidmat dan tidak tergesa-gesa.
2)      Membuat tanda Salib
3)      Perarakan (seperti barisan prosesi)
4)      Membungkuk
5)      Mengecup
6)      Mendupai
7)      Menundukkan kepala
8)      Berlutut
9)      Menebah dada                                    19) Bersalaman
10)  Duduk                                     20) Mencium
11)  Bersila                                     21) Menumpangkan tangan
12)  Berdiri                                     22) Memerciki
13)  Merentangkan tangan             23) Menelungkup
14)  Menengadahkan kepala          24) Mengurapi
15)  Mengangkat tangan                25) Memberkati
16)  Menyembah
17)  Mengatupkan tangan
18)  Bergandengan tangan
2.1.6.      Makna Liturgi Gereja
Setelah mengetahui istilah dan pengertian liturgi serta unsur-unsur yang ada didalamnya liturgi, maka kita menyadari bahwa liturgi bukan sekedar tata ibadah/media kebaktian yang sederhana. Akan tetapi kita menyadari bahwa begitu dalam dan berharganya sebuah liturgi. Berikut beberapa makna yang dapat kita ambil dari liturgi yang dipakai dalam ibadah jemaat:

1.      Liturgi sebagai Media Pertemuan Antara Allah dan Umat.           
Liturgi merupakan media “pertemuan” antara Tuhan Allah dengan jemaatNya. Ada dialog atau kegiatan antara Tuhan Allah dengan Umat. Kegiatan yang datangnya dari Allah dan mendapat tanggapan dari umat, terjadilah dialog. Kegiatan dari Allah; pada pembacaan hukum kasih, pemberian berita anugerah/pengampunan, petunjuk hidup baru, penyampaian firman dan berkat. Kegiatan dari Allah dan diperuntukkan bagi umat dan mendapat tanggapan dari umat; pujian, doa, kesanggupan atas perintah Allah, persembahan dan pengakuan iman kepada Allah, Terjadinya dialog inilah maka kita dapat mengambil makna bahwa liturgi sebagai tempat bertemunya Allah Yang Maha Kudus dengan umat-Nya.
2.      Liturgi sebagai Sarana Berkumpulnya Jemaat.      
Dalam praktek pelaksanaan liturgi pastilah kita mendapati orang-orang yang berkumpul. Berkumpulnya jemaat ini merupakan ciri khas jemaat di tengah dunia. Setiap minggu mereka/orang Kristen meninggalkan rumah masing-masing, untuk pergi ke suatu tempat khusus, yaitu gereja. Dalam perkumpulan ini mereka menyatakan diri kepada dunia dan kepada Tuhan bahwa mereka berkumpul untuk bersatu dalam iman. Berkumpul sebagai syarat bagi kehidupan jemaat, supaya dengan perkumpulan itu Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.
3.      Liturgi sebagai pelayanan                                                                                                                                        
Liturgi mempunyai makna pelayanan, diantaranya adalah; Pelayanan Kristus kepada          kita. Tuhan Yesus Kristus melalui liturgi memberi pelayanan pendamaian kepada kita. Pelayanan pendamaian yang dianugerahkan kepada kita.terwujud dalam pelayanan firman dan sakramen hingga kita memperoleh pembenaran dan kehidupan kekal. Pelayanan kita kepada Allah. Dalam ibadah liturgis nampak pelayanan yang kita berikan kepada Allah.   Pelayanan tersebut terwujud dalam unsur doa, persembahan dan syukur. Pelayanan kita kepada Persekutuan.Dalam ibadah liturgis kita saling bersekutu, kita berdoa bersama-sama untuk persekutuan seutuhnya, kita mendengar firman bersama-sama, menyanyi dan memberi persembahan. Kebersamaan yang ada dalam pelaksanaan liturgi menunjukkan bahwa kita bersama-sama melakukan pelayanan dalam persekutuan.
4.      Liturgi sebagai Pembaharuan Perjanjian Anugerah.         
Kita mengakui bahwa anugerah Allah yang kita terima (keselamatan) belum sempurna, kesempurnaan akan terjadi kelak pada kedatangan Tuhan kedua kali. Itu berarti anugerah yang telah kita terimaa masih harus terus dijaga, apalagi kita sangat rentan dengan dosa yang dapat merusak anugerah Allah. Manusia seringkali melanggar dan merusak perjanjian anugerah Allah, namun karena Allah adalah setia maka Allah tetap mengasihi manusia dengan tetap memberikan pembaharuan AnugerahNya yang nampak dalam keseluruhan liturgi. Dalam ibadah liturgis tersebut kedua pihak mengulangi dan meneguhkan janji-janji dan tuntutan-tuntutan mereka, Tuhan menerima hormat dan manusia menerima penghiburan serta peneguhan iman.
5.      Liturgi sebagai Jiwa Umat.
Kecenderungan Gereja-Gereja sekarang memahami arti liturgi secara sempit yaitu liturgi diartikan sebatas tata kebaktian dan ibadah.
Dalam pengertian luas, liturgi diartikan sebagai pelayanan yang melingkupi seluruh kehidupan jemaat, seluruh konteks kehidupan jemaat. Demikian juga kita tidak dapat memisahkan ibadah liturgis kita dengan kehidupan sesehari kita, sebab apa yang terdapat dalam liturgi menjadi dasar dan arah hidup kita. Dengan demikian liturgi menjiwai umat dalam kehidupan sehari-hari, liturgi tidak hanya berfungsi pada hari Minggu saja.
6.      Liturgi sebagai Cermin Ibadah Surgawi.
Ibadah liturgis, belum sempurna selama masih di dunia, akan disempurnakan pada waktunya di surga. Dalam ibadah kita melihat kenyataan dosa-dosa kita, sehingga dalam ibadah perlu ada nasehat-nasehat, ada pengampunan dosa dari Tuhan kepada umat. Oleh karena liturgi sekarang belum sempurna dan baru sempurna pada waktunya di surga maka dapat kita ambil maknanya bahwa ibadah liturgis/liturgi yang ada dalam dunia sekarang ini merupakan cermin ibadah surgawi.

2.1.7.         Liturgi Gereja Sebagai Bahan Kateketika
           Pengajaran Gereja bukan saja kita dapati dalam buku-buku katekismus dan bukan kofessinya, tetapi juga dalam buku-buku liturgisnya. Kita mengetahui bahwa liturgi-liturgi yang digunakan oleh Gereja-gereja kita lebih sederhana daripada liturgi-liturgi yang dimiliki oleh Gereja Katholik Roma dan Gereja Anglikan. Pengetahuan liturgis yang kita maksudkan disini ialah terutama pengetahuan tentang ibadah jemaat dan liturginya. Pemimpin-pemimpin katekisasi tidak perlu secara terinci membicarakan semua formulir liturgis, seperti formulir baptisan, formulis-perjamuan, formulir-peneguhan dan berkata nikah dan lain sebagainya. Pembicaraan terinci yang demikian dapat merusak pemahaman yang benar tentang liturgi.Maksud pembicaraan tentang ibadah Jemaat dan liturginya ialah bukan saja supaya pengikut-pengikut katekisasi mengetahui apa itu ibadah Jemaat dan apa yang terjadi disitu, tetapi terutama supaya mereka dengan yakin dan gembira turut mengambil bagian di dalamnya: turut mendengarkan firman Tuhan yang diberitakan disitu, turut menyanyi dan memuliakan Allah karena pimpinan dan pemeliharaanNya untuk menaikkan syafaaat kepadaNya untuk dunia dan persoalan-persoalan dunia, turut menghayati persekutuan iman dengan anggota-anggota jemaat lainnya yang hadir di situ, dan bersedia diutus keluar untuk bersam-sama dengan mereka menyampaikan berita-keselamatan kepada orang lain.[13]
2.2.          Penelitian tentang Liturgi Gereja
2.2.1.   Liturgi Gereja di Gereja Kristen Protestan Simalungun
Gereja Kristen Protestan Simalungun atau GKPS, adalah Gereja yang berkesukuan Simalungun, yang berdiri pada tanggal 2 September 1903. GKPS merupakan Gereja yang menganut aliran Lutheran. GKPS adalah Gereja yang sudah banyak beredar di berbagai tempat, khususnya di Indonesia. GKPS dalam peribadahannya memiliki 5 warna Liturgi, yaitu;

1.      Hatirongga (Ungu): warna kerajaan, simbol dari penghapusan dosa
2.      Silopak (putih): warna kekudusan dan kesempurnaan, simbol kekudusan Tuhan Yesus dan Roh Kudusan
3.      Siratah (hijau): warna dari kehidupan, symbol dari kerja orang Kisten didalam kuasa penebusan dan keselamatan dar Tuhan
4.      Sigerger (merah): warna dari darah dan api, simbol semangat, puji-pujian dan rasa terimakasih kepada Tuhan
5.      Sibirong (hitam): warna kegelapan, simbol kematian dan dukacita

2.2.2.      Pelaksanaan Liturgi Gereja di Gereja Kristen Protestan Simalungun
                   I.            Dalam Liturgi peribadahan  kebaktian minggu GKPS dipakai 5 model, yaitu[14]:
1)      Model A
2)      Model B
3)      Model C
4)      Model D
5)      Model E
                II.            Unsur-unsur Liturgi dalam Peribadahan GKPS adalah[15]:
1)      Praeludium: nyanyian pembuka sebelum ibadah
2)      Votum-Introitus-Doa
3)      Nyanyian: respons/sambutan jemaat terhadap introitus
4)      Pembacaan Titah/Hukum Taurat atau penggantinya
5)      Nyanyian Jemaat
6)      Pengakuan dosa dan Pemberitaan Anugerah
7)      Nyanyian Jemaat
8)      Pembacaan Firman Tuhan (sibasaon)
9)      Paduan suara/Koor/Vokal Group
10)  Pengakuan Iman
11)  Khotbah
12)  Persembahan (galangan)
13)  Doa penutup-Doa Berkat

2.2.3.      Hasil Wawancara Mengenai “Liturgi Gereja”
Wawancara ini dilaksankan dengan Narasumber yang berinisial I. S. Malau, yang merupakan anggota jemaat dari GKPS Gajapokki.
                  Peneliti                  : Apakah Gereja anda membuat program pembelajaran Kateketika?
                  Narasumber           : Tidak
                  Peneliti                  : menurut anda, apakah pembelajaran Kateketika itu perlu diadakan sehingga banyak yang memahami?
Narasumber           : penting, karena pembelajaran ini akan membuat wawasan kita akan luas terutama pemahaman tentang Alkitab
                  Peneliti                  : apakah anda tahu jelas tentang Liturgi Gereja?
                  Narasumber           : saya kurang memahaminya
                  Peneliti                  : apakah menurut anda itu perlu di pahami oleh jemaat?
                  Narasumber           : ya, sangat perlu. Supaya semua orang memahami dan mengetahuinya.
                  Peneliti                  : jadi apa menurut anda Liturgi Gereja ini?
                  Narasumber           : liturgi Gereja itu adalah tata Gereja yang mampu membuat ibadah itu dapat berjalan dengan teratur, sehingga dapat menikmati ibadah dengan baik.
                        Berdasarkan hasil wawancara singkat tersebut, dapat disimpulkan, bahwa ternyata masih ada Gereja yang belum membuat program pembelajaran Kateketika. Sehingga dalam ketidakpahamannya tersebut maka warga jemaat pun tidak akan memahami Liturgi Gereja. Bagaiman itu Kateketika, apa itu Alkitab, apa itu Liturgi Gereja dan bagaimana sebenarnya pelaksanaannya. Sehingga permasalahnnya sekarang adalah pemograman pembelajaran untuk Kateketika.[16]
2.3. Hubungan Teori Liturgi Gereja Dengan Penelitian
Seperti yang telah dipaparkan pada sub judul sebelumnya, bahwa Liturgi Gereja adalah salah satu bahan Kateketika untuk pengajaran Iman Kristen, jelaslah bahwa Liturgi Gereja ini sangat penting untuk dipahami dalam pelaksanaanya. Dimana Liturgi Gereja ini adalah tata ibadat umum di Gereja dan atau tata cara kebaktian. Sedangkan menurut bahasa Yunani, kata liturgi ini berasal dari kata “leitourgia” (leitourgia), yang artinya adalah pekerjaan atau pelayanan yang dilakukan untuk bangsa sebagai suatu persekutuan politik atau bekerja sama. Yang memiliki petugas dalam melaksanakannya, unsur-unsurnya, warnanya, maknanya dan pentingnya sebagai bahan Kateketika.
Namun pada kenyataanya, pada hasil wawancara dan penelitian, teori tentang Liturgi Gereja dengan pelaksanaannya di GKPS, adalah berbeda. Seperti contohnya, tidak ditemukannya 25 sikap Liturgi Gereja pada GKPS. Serta contoh lainnya adalah Liturgi Gereja tidak dijadikan sebagai bahan Kateketika di jemaat. Sehingga Liturgi Gereja ini tidak ada yang memahaminya.
 III.            TANGGAPAN
Setelah memahami Liturgi Gereja dan hal-hal yang berkaitan dengan Liturgi Gereja, maka akan banyak orang mengerti bahwa Liturgi Gereja memang betul-betul sangat penting untuk dipahami. Tanggapan peneliti akan masalah ini ialah, seharusnya setiap Gereja mengusahakan Program untuk pembelajaran Kateketika ini. Sehingga saat mereka mengetahui tentang Kateketika terkhususnya Liturgi Gereja dan pengajaran Iman Kristen lainnya, maka mereka akan semakin mengerti tentang sistem peribadahan mereka yaitu di GKPS. Dan mereka akan terbekali untuk selanjutnya, dan dapat memiliki pengetahuan yang luas. Dengan harapan supaya dapat memperbaiki kesalahan yang ada, menyempurnakan yang sudah baik, dan dapat mengembangkan segala usaha yang sudah di anggap baik sebelumnya. Sehingga pemahaman para jemaat akan kuat untuk kedepannya.
 IV.            KESIMPULAN
Liturgi Gereja adalah sistem peribadahan yang tersusun dengan sistematis, yang diciptakan oleh jemaat yang menginginkan suatu ibadah yang berjalan dengan baik. Liturgi Gereja merupakan salah satu bahan-bahan dari Kateketika untuk Pengajaran Iman Kristen bagi para umat Gereja. Liturgi Gereja ini sangat penting untuk dilaksanakan dalam rangka pembekalan jemaat untuk mampu mengembangkan Gereja seperti yang diharapkan. Namun masih banyak Gereja yang belum melaksanakannya, sehingga banyak juga jemaat yang tidak tahu apa itu Liturgi Gereja. Mereke hanya mengetahui Liturgi Gereja ini hanya sebatas pada pengertiannya saja, tidak tahu bagaimana dengan pelaksanaanya. Sehingga sangat diharapkan untuk melaksanakan program ini.

    V.            KEPUSTAKAAN
Rachman Rasid, Pembimbing Ke Dalam Sejarah LITURGI, Jakarta: BPK-GM, 2010
Windhu I. Marsana, Mengenal Ruangan, Perlengkapan dan Petugas LITURGI, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1997
Huck Gabe, Liturgi Yang Anggun dan Menawan, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2001 
Abineno J. L. CH., Sekitar Katekese Gerejawi, Jakarta: BPK Gunung Mulia,  2005

Sumber lain:
 ……Bina Iman Parguru Manaksihon, Pematang Siantar: Kolportase GKPS, 20015
…..Bibel Pakon Haleluya GKPS,   
…..Hasil Wawancara, I. S. Malau anggota jemaat GKPS Gajapokki,  




[2]Ibid ,
[3]Rasid Rachman, Pembimbing Ke Dalam Sejarah LITURGI, (Jakarta: BPK-GM, 2010), 17-18
[6]i. Marsana Windhu, Mengenal Ruangan, Perlengkapan dan Petugas LITURGI, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1997), 33
[7]Gabe Huck, Liturgi Yang Anggun dan Menawan, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2001), 90-109
[8]Ibid,
[9]Ibid,
[10]Ibid,
[11]I. Marsana Windhu, Mengenal Peralatan, Warna dan Pakaian LITURGI, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,            1997),  13
[12]Ibid, 22-24
[13]J. L. CH. Abineno, Sekitar Katekese Gerejawi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,  2005), 137-139
[14]……Bibel Pakon Haleluya GKPS, 533-544  
[15]…..Bina Iman Parguru Manaksihon, (Pematang Siantar: Kolportase GKPS, 2015), 101-104
[16],,,,Hasil Wawancara, dengan I. S. Malau anggota jemaat GKPS Gajapokki,  

Komentar

  1. asekkkkk, udah keren ya botttt
    cantekkk barang tuhhhhhhh ..... :D :D :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Jika ada tambahan kami sangat menerima dengan senang hati..

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Gereja Di Cina

Tafsiran Naratif Ezra 10:1-6

Tafsiran Metode Historis Krtis: Markus 4:1-20