Tafsiran Naratif Ezra 10:1-6
PENAFSIRAN
KITAB EZRA 10:1-6 DENGAN METODE NARATIF
I.
Pendahuluan
Menafsirkan
suatu teks Alkitab adalah salah satu cara yang dipakai untuk mencari, menggali
atau menemukan isi, makna dan pesan yang terkandung dalam teks Alkitab
tersebut. Dalam menafsirkan Alkitab banyak metode yang dapat kita pergunakan
sesuai dengan keinginan penafsir. Salah satu metode yang akan digunakan dalam
menafsirkan teks Alkitab pada kesempatan ini adalah metode naratif.
II.
Pembahasan
2.1.
Pengertian Metode Naratif
Narasi adalah sebuah cerita berbentuk teks.[1] Narasi
adalah menceritakan suatu cerita, kejadian, atau peristiwa yang berdasarkan
urutan waktu.[2]
Metode naratif ini merupakan ilmu tafsir yang digunakan dengan menggali atau
menyelidiki unsur-unsur yang membangun dalam cerita teks di Alkitab sehingga
penafsir dapat memahami pesan dari naskah Alkitab.[3]
2.2.
Tujuan Metode Naratif
Adapun yang menjadi tujuan metode naratif ini
sebagai berikut :
a)
Membantu untuk menceritakan makna cerita
yang dituliskan dalam Alkitab.
b)
Menemukan pemahaman yang lebih jelas
tentang pengertian, prinsip-prinsip dasar, metode-metode serta peranannya dalam
sejarah perkembangannya.[4]
2.3.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Naratif
·
Kelebihan
Metode ini menggunakan merekonstruksi
cerita teks dalam sifat-sifat aktif dan pasif dalam teks dan menghubungkannya
dalam pengertian sebab akibat untuk menemukan tujuan yang disampaikan.
Metode ini menggabungkan dan
menghubungkan pokok cerita (makro) dan cerita-cerita yang membangunnya (mikro).
Sebab dalam narasi bisa saja makna cerita dalam teks terdapat pada mikro,
apabila itu berdiri sendiri.
·
Kekurangan
Metoode
penafsiran narasi dengan pendekatannya mirip dengan pendekatan metode kanonikal
yang kurang bersifat historis.
Alkitab
itu sendiri dalam cerita kesusasteraan keagamaan memiliki perbedaan konteks
yang besar dalam setiap teks dengan yang lain secara historis.[5]
2.4.
Analisa Peredaksian
2.4.1.
Pengertian
Kitab Ezra
Ezra merupakan bentuk bahasa Aram dari
kata Ibrani “ezer” yang berarti
pertolongan atau Tuhan menolong. Ezra melanjutkan narasi Perjanjian Lama dari
II Tawarikh, dengan menunjukkan cara Allah memenuhi janji-Nya untuk memulangkan umat-Nya ketanah Perjanjian
sesudah tujuh puluh tahun masa pembuangan.[6]
2.4.2.
Latar
Belakang Kitab Ezra
Kitab Ezra adalah bagian dari sejarah
yang berkesinambungan dari orang Yahudi yang ditulis setelah masa pembuangan,
terdiri atas 1 dan 2 Tawarikh, Ezra, dan Nehemia. Menurut tradisi Ezralah yang
mengumpulkan semua kitab PL menjadi satu unit, memulai bentuk ibadah yang
dipakai di Sinagoge dan mendirikan Sinagoge Besar di Yerusalem dimana kanon PL
akhirnya ditetapkan. Ezra adalah seorang pemimpin saleh dengan kesetiaan yang
kokoh dan kasih yang mendalam kepada Firman Allah. Sejarahnya yang tertulis
dalam 1 dan 2 Tawarikh serta Ezra dan Nehemia menekankan tema pengharapan, kebangunan,
pembaharuan, dan pemulihan umat Allah. Seluruh sejarah ini ditulis pada parohan
kedua abad ke-5 SM. Kitab Ezra mencatat bagaimana Allah menggenapi janji
nubuat-Nya melalui Yeremia (29:10-14) untuk memulihkan orang Yahudi setelah 70
tahun pembuangan dengan membawa mereka kembali ke tanah air mereka (1:1).[7]
2.4.3.
Penulisan
dan Waktu Penulisan
Sekalipun penulis Kitab ini tidak
disebutkan, dan narasi di dalamnya memakai kata ganti orang pertama dan ketiga,
sangat mungkin Ezra sendirilah yang menulis Kitab ini dengan memakai sejumlah
ketetapan, surat dan daftar keturunan sebagai narasumber.[8] Ezra
adalah salah satu dari dua Kitab Perjanjian Lama dengan banyak bagian teks yang
ditulis dalam bahasa Aram dan bukan
dalam bahasa Ibrani (Ezr 4:8-16:18; 7:12-26; bnd. Dan 2:4-7:28).[9]
Karena Ezra hidup hingga zaman Nehemia (Neh.8:1-9;12:36), dia memiliki cukup banyak
waktu untuk menyelesaikan Kitab ini di antara April 456 sM.[10]
2.4.4.
Tujuan
Penulisan Kitab
Kitab Ezra ditulis untuk menunjukkan
pemeliharaan dan kesetiaan Allah dalam
memulihkan kaum sisa Yahudi dari pembuangan mereka di Babel.
Ø Dengan
menggerakkan hati tiga raja Persia yang berbeda-beda agar membantu umat Allah
untuk kembali ke negeri mereka, menetap kembali di Yerusalem dan membangun
kembali Bait Suci.
Ø Dengan
menyediakan pemimpin yang saleh dan handal untuk memimpin kaum sisa yang
kembali dalam suatu kebangunan ibadah, komitmen kepada Firman Allah, dan
pertobatan dari ketidaksetiaan kepada Allah.[11]
2.4.5.
Struktur
Kitab
Sumber
1: Struktur
Kitab Ezra menurut Tafsiran Alkitab Wycliffe
I.
Para Tawanan Kembali Dari Babel (1:1-2:70)
A. Ketetapan
Raja Koresy (1:1-4)
B. Persiapan
untuk mengadakan Perjalanan Pulang (1:5-11)
C. Orang-orang
yang kembali (2:1-70)
II. Pembangunan Kembali Bait Suci
Dimulai (3:1-4:24)
A. Mezbah
dan Dasar (3:1-13)
B. Perlawanan
Terhadap Pembangunan (4:1-24)
III. Pembangunan Diselesaikan (5:1-6:22)
A. Pekerjaan
Pembangunan Dilanjutkan (5:1-5)
B. Surat
Tatnai kepada Darius (5:6-17)
C. Ketetapan
Koresy dan Darius (6:1-12)
D. Bait
Suci Diselesaikan (6:13-22)
IV. Perjalanan Ezra ke Yerusalem
(7:1-8:36)
A. Ezra
Diperkenalkan (7:1-10)
B. Surat
Artahsasta kepada Ezra (7:11-28)
C. Perjalanan
ke Yerusalem (8:1-36)
V. Reformasi Besar (9:1-10:44)
A. Laporan
yang Menyedihkan dan Doa Ezra (9:1-15)
B. Pernikahan
Campuran Ditinggalkan (10:1-17)
C. Daftar
Orang-orang yang Beristri Perempuan Asing (10:18-44). [12]
Sumber 2:
Struktur Kitab Ezra menurut Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan
I. Rombongan Pertama Orang Buangan yang
Kembali ke Yerusalem (1:1-6:22)
A. Pengumuman
dan Persediaan dari Koresy (1:1-11)
B. Daftar
Orang Buangan yang Kembali (2:1-70)
C. Pemugaran
Bait Suci Dimulai (3:1-13)
1. Persembahan
Korban Dimulai Kembali (3:1-6)
2. Pembangunan
Bait Suci Dimulai (3:7-13)
D. Pembangunan
Bait Suci Terhenti Karena Perlawanan (4:1-24)
E. Pembangunan
Bait Suci Dimulai Lagi dan Diselesaikan (5:1-6:18)
1. Dorongan
dari Para Nabi (5:1-2)
2. Protes
dari Bupati Tatnai (5:3-17)
3. Darius
Mengesahkan Pembangunan Bait Suci (6:1-12)
4. Bait
Suci Selesai Dibangun Lalu Ditahbiskan (6:13-18)
F. Perayaan
Paskah (6:19-20)
II. Rombongan Kedua Orang Buangan
Kembali ke Yerusalem di Bawah Pimpinan Ezra (7:1-10:44)
A. Misi
Ezra Disahkan Oleh Artahsasta (7:1-28)
B. Perjalanan
Ezra dan Orang-orang yang Menyertainya (8:1-36)
C. Berbagai
Pembaharuan oleh Ezra di Yerusalem (9:1-10:44)
1. Pengutukan
Nikah Campur Dengan Orang Kafir (9:1-4)
2. Pengakuan
Dosa Ezra dan Syafaatnya bagi Umat Itu (9:5-15)
3. Pertobatan
dan Pembaharuan Umum (10:1-44).[13]
Keputusan: Penafsir
memilih struktur Kitab dari buku Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan,
karena penyusunannya lebih sistematis dan terperinci rapi sehingga mudah untuk
dipahami dan dibaca.
2.4.6.
Ciri-ciri
Kitab
Ø Ezra-Nehemia
adalah satu-satunya catatan sejarah dalam Alkitab mengenai pengembalian orang
Yahudi pada masa pasca-pembuangan di Palestina.
Ø Ciri
yang menonjol dari kitab ini adalah bahwa diantara dua bagian utamanya (pasal
1-6; pasal 7-10) terdapat kesenjangan sejarah sekitar 60 tahun. Seluruh Kitab
ini meliput sekitar 80 tahun.
Ø Ezra
menunjukkan dengan jelas bagaimana Allah menjaga Firman-Nya sehingga pasti
digenapi ( bnd. Yer. 1:12;29:10); Allah mengarahkan hati para raja Persia
bagaikan mengatur aliran sungai supaya mengembalikan umat-Nya ke negeri mereka
(1:1; 7:1-28).
Ø Tindakan
Ezra terhadap para wanita kafir yang tidak percaya yang telah dinikahi
laki-laki Yahudi (termasuk imam-imam) dengan melanggar perintah-perintah Allah
melukiskan dengan nyata bagaimana Allah menuntut agar umat-Nya hidup terpisah
dari dunia kafir, dan kadang-kadang memakai pembedahan radikal supaya menangani
kompromi yang berbahaya dan rawan antara umat-Nya. Tindakan Ezra dengan tegas
mengingatkan umat perjanjian akan panggilan utama mereka untuk menjadi “Kerajaan
imam dan bangsa yang kudus” (Kel. 19:6), bukan sekedar suatu kesatuan nasional
campuran lainnya.[14]
2.4.7.
Tema-tema
Teologi
a) Maksud
larangan kawin semakin jelas bukan soal ketertutupan atau partikularisme tetapi
persoalan iman dan agama. Keselamatan adalah untuk semua orang, tetapi melalui
orang-orang pilihan-Nya. Orang pilihan adalah orang-orang yang dikhususkan bagi
Tuhan.
b) Perayaan
Pondok Daun adalah nyanyian baru atas keselamatan baru yang terus-menerus
terjadi.
c) Konsep
rumah Allah sesudah pembuangan memiliki arti yang berbeda dengan sebelum
pembuangan.
d) Zaman
baru dalam Kitab Ezra adalah zaman pengampunan bagi orang berdosa yang datang
kepada-Nya.[15]
2.5.
Langkah-langkah Penafsiran Naratif
v Relasi Intertekstual
Dalam hal melakukan eksegese narasi
adalah membatasi teks yang akan ditafsir, pembatasan ini dapat dilakukan
berdasarkan latar/setting suasana, alur, tokoh dan gaya bahasa yang digunakan.
Pembatasan ini penting, untuk dapat melihat dan memahami dinamika kisah
tersebut.[16]
v Konteks Mikro
Dalam teks Alkitab yang ditafsirkan ini
memiliki kesamaan juga pada pasal dan ayat sebelumnya yaitu Ezra 9:12 dimana
Ezra memerintahkan orang-orang Israel untuk tidak lagi melakukan perkawinan campuran,
sesuai dengan perintah Allah. Sehingga setelah Ezra mengaku dosa atas perbuatan
orang Israel maka ia melakukan tindakan untuk mengembalikan orang-orang Israel
itu supaya kembali lagi kepada perintah Allah dan taat atas hukum-hukum-Nya.
v Konteks Makro
Konteks
makro adalah menceritakan tentang hubungan cerita dalam teks secara menyeluruh
dalam Alkitab. Penafsir melihat bahwa dalam Kitab Ezra 10:1-6 ada sama halnya
juga dengan Kitab Maleakhi 2:10-15, yaitu: Bahwa Tuhan marah dan membenci akan
perkawinan campuran yang dilakukan oleh orang Israel di Yehuda dan Yerusalem.
Namun demikian, Allah tetap memberikan kesempatan bagi orang-orang Israel untuk
berubah dan kembali kepada hukum Taurat.
2.5.1.
Latar/Setting

Jika dilihat dari
kelanjutan nats yang ada di Ezra 10 maka tempatnya adalah: Yerusalem dan
Yehuda.

Kemungkinan waktu
terjadinya peristiwa adalah siang hari menjelang sore, dapat dilihat dari Ezra
10:6 “ Sesudah itu Ezra pergi dari rumah
Allah menuju bilik Yohanan bin Elyasib, dan disana ia bermalam….”

Alur cerita pada teks
ini adalah alur maju, karena ceritanya terus berkelanjutan dan berkesinambungan
sehingga tidak ada cerita yang dibolak-balik dan terputus-putus.

ü Allah
ü Ezra :
Perpanjangan tangan Allah untuk membawa sisa orang-orang buangan ke negerinya,
Yerusalem.
ü Jemaah
orang Israel : Orang-orang yang
melakukan hal tidak setia terhadap Allah.
ü Sekhanya
bin Yehiel : Salah seorang dari
sisa orang-orang buangan yang mengakui kesalahan yang telah diperbuatnya.
ü Pemuka
Imam : Orang-orang yang melakukan hal tidak setia terhadap
Allah.
ü Orang-orang
Lewi : Orang-orang yang
melakukan hal tidak setia terhadap Allah.

Narator adalah peranan
atau fungsi di dalam suatu cerita dimana dia bukan pengarang. Narator diciptakan
oleh pengarang dan dapat juga agar pembaca mengerti sebuah kisah. Oleh sebab
itu, hal yang menjadi sudut pandang yang ditekankan disini adalah sudut pandang
internal karena dalam kisah ini yang menjadi naratornya adalah Allah, karena
Dia tidak menjadi tokoh utama dalam kisah ini.

Gaya bahasa yang
digunakan dalam Ezra 10:1-6 adalah majas polisindenton, karena gaya bahasa yang
menggunakan kata penghubung, misalnya, lalu, dan, kemudian, dan lain
sebagainya.
2.5.2.
Tafsiran
Implisit
Dalam
teks ini dijelaskan bagaimana Ezra membimbing orang-orang buangan itu kembali
hidup menurut hukum Taurat. Mereka tahu jikalau Allah membenci perkawinan
campuran yang mereka lakukan, sehingga mereka meminta kesempatan untuk berubah
dan kembali menaati aturan Allah. Karena
mereka sudah sempat melanggar perintah Allah dengan memperisteri
perempuan asing, maka melalui Ezra mereka akan memperbaiki hubungan mereka
dengan Allah dengan cara mengakui dosa dan membuat janji dengan Allah untuk hidup menurut Turat-Nya.
2.5.3.
Analisa
Teks
Perbandingan
Bahasa
Ayat
1
LAI : Berhimpunlah
NIV : Gathered
around (berkumpul)
PSB : Ngkeleweti
(mengelilingi)
TM :
נִקְבְּצוּ֩ (dikumpulkan)
Keputusan : Yang mendekati teks TM adalah NIV
Ayat 2
LAI : Kami
telah melakukan perbuatan tidak setia
NIV : We
have been unfaithful (kami telah tidak setia)
PSB : Kami
lanai setia (kami tidak lagi setia )
TM : מָעַ֣לְנוּ (kami telah tidak setia)
Keputusan : Yang mendekati TM adalah NIV
Ayat 3
LAI : Marilah
kita sekarang mengikat
NIV : Now
let us make (sekarang mari kita buat)
PSB : Genduari
arus kami erbahan (sekarang kita harus membuat)
TM : נִֽכְרָת (sekarang mari kita buat)
Keputusan : Yang mendekati TM adalah NIV
Ayat 4
LAI :
Bangkitlah, karena hal itu adalah tugasmu
NIV :
Rise up; this matter is in your hands (bangkit, masalah ini ada di tangan anda)
PSB : Kamlah
lebe ngelakokenca (kamulah duluan melakukannya)
TM :
ק֛וּם כִּֽי־ הַדָּבָ֖ר
(bangkitlah untuk masalah ini)
Keputusan : Tidak ada yang mendekati TM
Ayat 5
LAI :
Kemudian bangkitlah Ezra
NIV : So
Ezra rose up ( jadi Ezra bangkit)
PSB : E
maka ibenai Ezra (kemudian Ezra memulai)
TM : וַיָּ֣קָם עֶזְרָ֡א ( kemudian Ezra bangkit)
Keputusan : Yang mendekati TM adalah LAI
Ayat 6
LAI : Sebab
ia berkabung
NIV : because he continued to mourn over (karena
dia terus berkabung)
PSB : Sabab
ceda atena ( karena ia berduka)
TM : מִתְאַבֵּ֖ל (dia berkabung)
Keputusan : Tidak ada yang mendekati TM
2.5.4.
Kritik
Apparatus
Ayat
1a : Di dalam teks Masorah terdapat kata דּבְהִחְפַּלֵּל yang artinya ketika
telah berdoa. Dalam kritik apparatus dengan banyak naskah-naskah dan
terjemahan naskah Perjanjian Lama Ibrani abad pertengahan mengusulkan kata דבְה yang artinya hebat.
Keputusan:
Penafsir
menolak usulan Kritik Aparatus karena mengubah arti asli dan memperkabur makna
teks.
Ayat
1b : Dalam teks Masorah terdapat kata זַדֹּתזֹ זּבְהִתְ yang artinya ketika dia mengaku, bandingkan dengan
ayat 1a
Keputusan
: Penafsir
menolak usulan Kritik Aparatus karena memperkabur makna teks.
Ayat
1c : Dalam teks Masorah terdapat kata זּמִתְנַפֵּל yang artinya dan menjatuhkan dirinya, di dalam
Septuaginta mengusulkan Kαι προσευχóμενος yang artinya dan
berdoa.
Keputusan
: Penafsir
menolak usulan Kritik Aparatus karena memperkabur makna teks.
Ayat
1d : Dalam teks Masorah terdapat kata כִּֽי־בָכוּ yang artinya adalah menangis untuk, dan kritik apparatus mengusulkan ayat 1 זַיִּבְכּזּ
artinya adalah saya akan menangis,
bandingkan dengan Vulgata dan PL terjemahan Arab dari Kitab Nabi-nabi.
Keputusan
: Penafsir
menolak usulan dari Kritik Apparatus karena akan mengubah arti teks.
Ayat
2 : Dalam
teks Masorah terdapat kata עֵזלָם yang artinya dari Elam.
1 (satu) dengan Qere. Banyak naskah Septuaginta, PL terjemahan Siria, dan
Vulgata mengusulkan kata ¸עֵילָם yang artinya adalah Eliem
Katib yang ditulis עזֹ'; Septuaginta oleh Aquila Iσραηλ yang artinya Israel.
Keputusan : Penafsir menolak Kritik Apparatus karena memperkabur arti teks.
Ayat 3a : Dalam teks Masorah terdapat kata כָל־נָשִׁים yang artinya semua isteri.
Beberapa naskah-naskah PL abad pertengahan,
Septuaginta PL Siria ;הַנָּ, Septuaginta oleh Aquila 8,90 teks menambahkan akhiran 1
plural, 1 נָשֵׁינזּ artinya wanita, beberapa naskah-naskah teks
Yunani hasil penelitian ulang Perjanjian Lama Siria menambahkan kata הַנָּכְדִיּזֹת artinya kebesaran bandingkan Septuaginta oleh Siria.
Keputusan : Penafsir menolak usulan
dari Kritik Apparatus karena akan membuat arti teks menjadi berbeda.
Ayat 3b : Dalam teks Masorah terdapat
kata כַּﬠֲצַת artinya adalah menurut nasihat itu. Masoret Timur, Siria, dan Vulgata mengusulkan
kata כַּﬠ artinya adalah bagus bandingkanlah Septuaginta Aquila.
Keputusan : Penafsir menolak usulan
dari Kritik Apparatus karena dapat menghilangkan makna teks.
Ayat
3c : Dalam teks Masorah terdapat kata אֲדֹנָי yang artinya menguasai. Beberapa
dari salah satu naskah abad pertengahan mengusulkan יהוה yang artinya
Yehuwa, 1 (satu) beberapa naskah ־ִי bandingkanlah
Septuaginta σοι.
Keputusan
: Penafsir
menolak usulan dari Kritik Aparatus karena membuat makna teks menjadi berbeda.
Ayat 5 : Dalam teks Masorah terdapat
kata הַלְוִיִּם yang artinya adalah Orang Lewi. Dalam apparatus, satu dari beberapa naskah Septuaginta
kodeks Aleksandrinus dan kodeks Venetus ditulis dengan huruf-huruf kecil,
Septuginta Aquila, Siria, dan Vulgata mengusulkan וְה
artinya dan.
Keputusan : Penafsir menolak usulan
Kritik Apparatus karena dapat menghilangkan makna teks.
Ayat 6a : Dalam teks Masorah terdapat
kata יְהוֹחָנָן yang artinya dari Yohanan. 2 (dua) beberapa naskah-naskah mengusulkan יְהוֹנָחָן artinya sebuah desahan, Septuaginta Aquila kodeks Vatikanus Iωνα.
Keputusan : Penafsir menolak usulan
dari Kritik Apparatus karena dapat menghilangkan makna teks.
Ayat 6b : Dalam teks Masorah terdapat
kata וַיֵּלֶך׃ yang artinya dan pergi. Septuaginta Aquila pasal 9 ayat 2, Septuaginta adalah
hasil penelitian ulang (Siria dan terjemahan Arab) καί αύλισθεις, 1 (satu) mengusulkan וַיָּלֶן artinya dan dia dating.
Keputusan : Penafsir menolak usulan
dari Kritik Apparatus karena dapat menghilangkan makna teks.
Ayat
6c : Dalam teks Masorah terdapat kata הַגּוֹלָֽה yang artinya dari mereka yang terbawa, Septuaginta
Aquila teks menambahkan τών μεγάλων (yang besar), ia
menyisipkan הַגָּדוֹל (hanya satu kali saja
ditulis) artinya hebat.
Keputusan
: Penafsir
menolak usulan dari Kritik Apparatus karena dapat mengubah makna teks.
2.5.5.
Terjemahan
Akhir
Ayat
1: “Sementara
Ezra berdoa dan mengaku dosa, sambil menangis dengan bersujud di depan rumah
Allah, dikumpulkan kepadanya jemaat orang Israel yang sangat besar
jumlahnya, laki-laki, perempuan dan anak-anak. Orang-orang itu menangis
keras-keras.
Ayat
2:
“ Maka berbicaralah Sekhanya bin Yehiel, dari bani Elam, katanya kepada Ezra:” Kami
telah
tidak setia kepada Allah kita, oleh karena kami telah memperisteri
perempuan asing dari antar penduduk negeri. Namun demikian sekarang juga masih
ada harapan bagi Israel.
Ayat
3:
“ Sekarang
mari kita buat perjanjian dengan Allah kita, bahwa kita akan mengusir
semua perempuan itu dengan anak-anak yang dilahirkan mereka, menurut nasihat
tuan dan orang-orang yang gemetar karena perintah Allah kita. Dan biarlah orang
bertindak menurut hokum Taurat.
Ayat
4:”
Bangkitlah
untuk masalah ini. Kami akan mendampingi engkau. Kuatkanlah hatimu, dan
bertindaklah!”
Ayat
5: “Kemudian
Ezra bangkit dan menyuruh para pemuka imam dan orang-orang Lewi dan
segenap orang Israel bersumpah, bahwa mereka akan berbuat menurut perkataan
itu, maka bersumpahlah mereka”.
Ayat
6:
“ Sesudah itu Ezra pergi dari depan rumah Allah menuju bilik Yohanan bin
Elyasib, dan disana ia bermalam dengan tidak makan roti dan minum air, dia
berkabung karena orang-orang buangan itu telah melakukan perbuatan
tidak setia”.
2.6.
Tafsiran
Pesan yang terkandung dalam ayat Alkitab Ezra 10:
1-6 adalah ketika Ezra bersujud di depan rumah Allah. Ketika menyerahkan diri-Nya
di Bait Allah. Ezra masih berlutut dan berdoa melalui doa pengakuan Ezra
tersebut mengahasilkan efek yang diharapkan yang kemudian banyak orang datang
kepadanya untuk mengakui dosa. Ezra belum bertindak apa-apa terhadap
orang-orang yang telah melanggar perintah Allah. Dia hanya mengandalkan
pengakuan dosa dan doa yang sungguh-sungguh tulus. Pengaruh yang di berikan Ezra
sangatlah luar biasa yaitu dalam menyadarkan orang-orang akan kesalahan yang
telah mereka lakukan dalam hidup mereka yaitu dengan jumlah yang sangat besar
laki-laki, perempuan, dan anak-anak. Terlihat jelas penyesalan yang dialami
mereka yaitu dengan menangis dengan suara yang keras. Dan memberikan pesan yang
sangat mendalam yaitu bagaimana jemaat Israel mengakui kesalahan yang telah
mereka lakukan yaitu tidak setia terhadap Allah dan juga memperistrikan
orang-orang asing. Yang mengajarkan kita agar kita lebih taat kepada Tuhan dan
melakukan perintah-Nya agar kita tidak di kuasai oleh iblis bahkan larangan
akan kawin campur sangat di tekankan disini karena setiap orang yang melakukan
kawin campur berpaling dari Allah karena pengaruh dari Istri-istri mereka yang
adalah orang asing.
Pada ayat 3 jelas dilihat bagaimana
penyesalan yang mereka rasakan yang membuat mereka bertobat dan mengikat
perjanjian kepada Allah bahwa mereka akan mengusir istri-istri dan anak yang
dilahirkan oleh perempuan-perempuan asing yang mereka nikahi. Mereka harus
bertindak sesuai dengan hukum Taurat Tuhan dan setia kepada Tuhan bukan iman
nya karena di pengaruhi oleh istri-istri mereka yang adalah orang asing yang
membuat mereka menjadi lupa akan Tuhan yang menciptakan mereka dan juga tidak
setia kepada Tuhan. Pada ayat ke 4 jelas terlihat penegasan agar Ezra bangkit
dan melaksanakan tugasnya yaitu dengan menyuruh agar para pemuka imam, dan
orang-orang Lewi dan segenap bangsa Israel agar mereka bersumpah sehingga
mereka berbuat menurut kehendak Tuhan dan juga melaksanakan hukum Taurat. Maka
bersumpah lah mereka. Di sini jelas terlihat bagaiman bangsa itu
sungguh-sungguh ingin bertobat dan menyesali akan semua yang telah mereka
perbuat yang tidak menyenangkan hati Tuhan. Pada penjelasan ini memberikan kita
pesan yang sangat mendalam yaitu bagaimana kita harus bisa menjadi pribadi yang
tidak melanggar hukum-hukum Tuhan dan juga ketika kita berbuat dosa kita harus
berani atau mau untuk meminta pengampunan kepada Tuhan dan penuh dengan
penyesalan akan semua yang telah dilakukan. Juga bersumpah agar tidak melakukan
hal itu lagi. Hal ini juga menekankan kepada kita agar kita tidak melakukan
kawin campur atau yang sering disebut kawin dengan orang asing karena bisa
membuat kita tidak setia kepada Tuhan karena pengaruh negatif dari istri orang
asing tadi. Seperti yang di alami oleh bangsa Israel diaman mereka melakukan
kawin campur. Pada ayat ke-6 terlihat dukacita yang di alami Ezra melihat
bangsa buangan itu melanggar hukum Allah dan melakukan perbuatan yang tidak
setia. Ini memberikan kita pesan bahwa Ezra saja merasa kecewa akan bangsa buangan
itu akan tindakan mereka apalagi Tuhan. Bagaimana kecewanya Tuhan ketika
melihat bangsa pilihan-Nya melanggar hukum-Nya dan tidak setia kepada-Nya. Hal ini mengajarkan kita agar kita menjadi
pribadi yang setia kepada Tuhan dan tidak mau gampang tergoda akan kenikmatan
dunia ini. Namun, jangan sesekali kita menduakan Tuhan kita. Pesan dari cerita
ini menjelaskan kepada kita bagaimana menjadi teladan seperti yang dilakukan
oleh Ezra yaitu menjadi pelayan yang setia dan menjadikan Tuhan tempat pengaduan
akan semua persoalan yang dialami nya dan meminta jawaban kepada Tuhan. Jelas
terlihat bahwa dia tidak mengandalkan pikiran atau kekuatan sendiri namun
mengandalkan Tuhan dengan cara tekun dalam berdoa dan juga selalu meminta
pengampunan kepada Tuhan. Banyak diantara manusia yang kadang menganggap bahwa
dia mampu mengahadapi dan menyelesaikan masalahnya dengan kemampuan sendiri
yang membuat dia tidak merasakan apa yang disebut perlindungan dari Tuhan yang
membuat dia menjadi tidak setia kepada Tuhan.
III.
Refleksi
Teologis
Dari Ezra 10:1-6
yang menjadi refleksi bagi kita adalah bagaimana kita harus hidup dalam
ketaatan terhadap hukum Taurat yang sudah Allah berikan kepada kita, dan
bagaimana cara kita supaya hukum itu tetap kita jaga dalam kehidupan kita. Demikian
juga dalam kehidupan kita sehari-hari, kita sering mengabaikan perintah Allah
serta hukum-hukum-Nya. Kita selalu mengandalkan kekuatan diri sendiri tanpa
menyadari bahwa kekuatan yang kita punya itu datangnya dari Allah. Kita juga
sering mengikuti keinginan daging kita sehingga kita lupa untuk mengikuti apa
yang Allah inginkan dari kita. Dari keinginan daging kita itu juga membuat kita
semakin jauh engan Allah sebab kita kan sibuk memikirkan hal-hal duniawi saja. Allah hanya ingin kita mendekatkan diri
kepadanya dengan mematuhi hukum-hukum-Nya dan menyerahkan diri kita sepenuhnya
kepada-Nya. Kita juga tidak boleh malu untuk mengakui semua kesalahan yang kita
perbuat di hadapan Allah, karena yang Dia inginkan adalah kita untuk
mendekatkan dan menyerahkan diri kita. Allah akan selalu memberikan kita
kesempatan untuk memperbaiki semua kesalahan yang telah kita perbuat meskipun
kita selalu mengabaikan semua aturanNya. Dengan kita taat dan patuh pada
hukum-hukumNya maka Allah akan memberikan berkatNya kepada kita serta
mengampuni kesalahan yang kita buat. Dengan ketaatan dan kepatuhan kita akan
perintah Allah akan membawa banyak perubahan dalam hidup kita, bahkan juga
memberikan pengaruh yang baik kepada banyak orang yang ada di sekeliling kita.
Allah saja selalu setia dalam menunjukkan kasih-Nya kepada kita dalam setiap
segi kehidupan kita, walaupun kita selalu melanggar dan mengabaikan aturanNya.
Dan disini juga kita melihat tentang sebuah keberanian dari seorang pemimpin
yaitu Ezra. Dalam hal inilah seharusnya pemimpin rohani atau para pelayan
dipanggil oleh Allah untuk menyatakan kebenaran Allah. Seperti pada saat ini
banyak para pelayan Tuhan yang takut atau ragu-ragu dalam menyatakan kebenaran
Tuhan bahkan ada juga yang tawar hati ketika menghadapi berbagai pergumulan.
Dari sini marilah kita melihat atau meneladani sikap seorang pemimpin yang
ditunjukkan oleh Ezra, ia adalah seorang yang berani, baik, teguh, serta mampu
bertindak tegas dalam menentang ketidakbenaran. Kita harus bersikap tegas,
berani dalam menghadapi setiap persoalan.
IV.
Kesimpulan
Dari
pemaparan Ezra 10:1-6 di atas dapat disimpulkan bahwa bagaimana cara Ezra
mengatasi tindakan perkawinan campuran yang dilakukan sisa orang-orang buangan
yang sudah melanggar perintah Allah dan melakukan hal yang tidak setia kepada
Allah. Hanya dengan berdoa di depan rumah Allah saja orang-orang itu dapat
menangis dengan keras dan mengkerumuni Ezra. Dapat kita lihat bagaimana
besarnya kekuatan doa Ezra yang dilandasi oleh ketaatan dan kepatuhannya terhadapa
hukum-hukum Allah yang sudah ia terima. Sehingga ketaatan tersebut dapat
mengubah orang banyak dan membuat mereka berpaling kembali kepada aturan Tuhan
dengan berani mengakui dosa-dosa mereka dan membuat janji dengan Allah yang
akan memperteguhkan ikatan mereka dengan Allah dalam hidup dalam aturan Allah.
V.
Daftar
Pustaka
…, KBBI,
Jakarta: Balai Pustaka, 2006.
…. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan,
Malang: Gandum Mas, 2006.
Hill
Andrew E. & John H.Walton, Survei
Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas,2008.
Pfeiffer
Charles F. & Everett F.Harrison, The Wycliffe Bible Commentary, Malang:
Gandum Mas, 2014.
Saragih
Agus Jetron, Eksegese Naratif, Medan:
P3M STT Abdi Sabda, 2006.
Sitompul
A.A., Metode Penafsiran Alkitab, Jakarta: BPK-GM, 2002.
Wilkinson
Bruce, , dkk, Talk Thru The Bibble
(Terjemahan Indonesia), Gandum Mas: 2017
[1] A.A.
Sitompul, Metode Penafsiran Alkitab,
( Jakarta: BPK-GM, 2002), 302.
[2]
…, KBBI, ( Jakarta: Balai
Pustaka, 2006), 609.
[3] Agus Jetron Saragih, Eksegese Naratif, ( Medan: P3M STT Abdi
Sabda, 2006), 6-8.
[4]
Ibid
[5] Ibid, 42.
[6] Bruce, Wilkinson, dkk, Talk Thru The Bibble (Terjemahan
Indonesia), (Gandum Mas: 2017), 161-162
[7]
…. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan,
(Malang: Gandum Mas, 2006), 696
[8] Charles F.Pfeiffer & Everett
F.Harrison, The Wycliffe Bible Commentary, (Malang:
Gandum Mas, 2014), 1133
[9] Andrew E.Hill & John
H.Walton, Survei Perjanjian Lama,
(Malang: Gandum Mas,2008), 370
[10] Charles F.Pfeiffer & Everett
F.Harrison, The Wycliffe Bible Commentary, 11133-1134
[11] …. Alkitab Penuntun Hidup
Berkelimpahan, (Malang: Gandum Mas, 2006), 697
[12] Charles F.Pfeiffer & Everett
F.Harrison, The Wycliffe Bible Commentary, (Malang:
Gandum Mas, 2014), 1135
[13]….Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang: Gandum Mas & Lembaga Alkitab Indonesia,
2006), 696
[14]
….Alkitab Penuntun Hidup
Berkelimpahan, (Jakarta: Gandum Mas & Lembaga Alkitab Indonesia, 1974),
698
[15]
Agus Jetron Saragih, Eksegese
Naratif, ( Medan: P3M STT Abdi Sabda, 2006), 110
[16]
.Alkitab Penuntun Hidup
Berkelimpahan, 698.
kren artikel jurnal-nya kak,.. aku mumpung dapat tugas tafsiran naratif hanya saja mungkin di sini ngga ada prinsip dari si naratif tersebut ya? tapi keren artikelnya kak..,, bisa menambahkan wawasan..
BalasHapusterimakasih atas masukannya yaa. semoga selalu diberkti oleh Tuhan
Hapus