Renungan dari Mazmur 31:8-9
"dan tidak menyerahkan aku ke tangan musuh, tetapi menegakkan kakiku di tempat yang lapang. Kasihanilah aku, ya TUHAN, sebab aku merasa sesak; karena sakit hati mengidaplah mataku, meranalah jiwa dan tubuhku."
Saudara yang terkasih di dalam Tuhan kita Yesus
Kristus.
Sering sekali kita tidak memiliki tempat yang
betul-betul mampu mendengar dan merasakan apa yang kita alami. Sewajarnya
manusia yang sudah hidup dalam lingkup sosial, manusia tidak ingin berusaha
sendiri dalam berbagai hal. Termasuk masalah yang dihadapi, manusia itu tidak
ingin menghadapinya sendiri. Kita ini, adalah mahkluk ciptaan Tuhan yang selalu
butuh uluran tangan, dan telinga yang mendengar, serta cara berpikir yang dapat
membantu kita. Kita merasa bahagia sekali ketika ada yang mampu memberi kita
apa yang kita butuhkan. Kita merasa terberkati juga ketika kita melihat orang
tersenyum bahagia karena kemampuan kita dan juga pencapaian kita. Namun,
pernahkah kita sadar, jika semuanya itu ternyata tidak bisa didapatkan
seutuhnya. Ada hal yang orang lain tidak bisa merasakan apa yang sedang kita
alami. Yaitu kesedihan dan permasalahan. Bahkan orang dekat sekalipun belum
tentu mampu merasakan apa yang “betul-betul” sedang terjadi. Tapi lihatlah,
berbeda dengan kebahagiaan dan pencapaian, atau hal apapun yang berbau
kesenangan, pasti banyak yang ikut bahagia, dan ikut berekspresi dengan yang
kita rasakan. Lalu siapa yang sanggup ikut bagian, ikut berekspresi, ikut
merasakan ketika kita memiliki masalah? Perlu dipastikan, yang hanya tahu
dirimu, diriku, dan diri kita semua, adalah diri kita sendiri. Itu pun jika ada
orang tertentu yang bersungguh mau membantu, mereka ini adalah perpanjangan
tangan Tuhan dan representasi kehadiran Allah bagi kita. Di atas semuanya itu,
meskipun hanya diri kita sendiri yang merasakannya, ada 1 Pribadi yang
sangat-sangat memahami, yaitu Tuhan Allah. Bukan karena kebetulan kita adalah
Kristen, bukan juga suatu kebetulan ketika aku ciptaanNya, tetapi karena hanya
Dia yang mengerti kenapa kita ada dan mengapa kita merasakan sebuah hal,
tentunya hanya Dia yang sangat tahu setiap alur perjalanan hidup kita.
Melihat bunga mawar yang sudah mekar dan cantik
kelopaknya, namun ketika dia terpatah oleh terpaan angin, manusia yang melihat
hanya akan katakan “aduh sayang sekali, padahal begitu indah kelopaknya”. Namun
siapa yang tahu apa yang dirasakan oleh bunga mawar itu? Adakah di antara kita
yang mau ikut menangis bersama mawar karena kelopaknya yang gugur/mati?
Begitulah dunia, kejamnya sekitar mampu membentuk kita tidak merasakan
kehadiran Allah seutuhnya. Hanya Allah yang bisa hadirkan kasih yang tidak
satupun mampu menandingiNya.
Hal yang sama dirasakan oleh Daud, sang raja yang
hanya manusia biasa. Dia bersorak-sorak dalam hinanya dosanya, dia bersorak
dalam masalanya, yang secara fisik hanya dirinya yang paham apa yang ia alami.
Siapa orang-orang yang peduli akan masalahnya? Tidak ada! Itulah yang
diakuinya! Dia merasa hanya karena kasih setia Allah dia bisa hadapi. Allah adalah
alasannya bersorak-sorai. Kesengsaraannya sekalipun mampu Allah tilik, lalu apa
yang akan tersembunyi di hadapannya? Tentu satupun tidak ada yang tersembunyi.
Bahkan Daud merasakan kasih Allah ketika Allah menjadikan kakinya kuat untuk
melangkah. Marilah semakin menyadari, kehadiran Allah yang semakin utuh, jangan
sia-siakan setiap momen indah bersamaNya. Selamat berproses.
Komentar
Posting Komentar
Jika ada tambahan kami sangat menerima dengan senang hati..