Dogmatika: Penciptaan (Providential dan Praedestinasi)
PENCIPTAAN
a.
Penciptaan-Pemerintahan
dan pemeliharaan (Providential)
b.
Penciptaan-Pembebasan/pemilihan
(Praedestinasi)
I.
Pendahuluan[1]
Allah adalah Sang Pencipta dan yang memerintah
setiap pergerakan yang ada di dunia. Allah juga memelihara semua yang telah di
ciptakanNya baik makhluk hidup ataupun benda-benda yang lainnya yang merupakan
ciptaan atau karya Allah sendiri. Karena benda-benda tersebut yang berupa
langit dan bumi beserta segala isinya masih tetap bergantung pada Tuhan Allah
setiap saat, karena Tuhan Allah adalah yang Mahakudus, Mahatinggi dan Sang
Pencipta.
II.
Pembahasan
2.1.
Pengertian Penciptaan
Sesuai
dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
penciptaan berarti proses atau cara perbuatan menciptakan.[2] Menurut
Karl Barth, penciptaan adalah karya Tuhan Allah untuk mempersiapkan adanya
ruang kemungkinan bagi keselamatan yang akan dikerjakan oleh Tuhan Allah di
dalam Kristus. Tuhan Allah telah bermaksud untuk menyelamatkan manusia di dalam
Kristus sebelum dunia dijadikan. Agar supaya maksud itu terlaksana, terlebih
dahulu Tuhan Allah harus menjadikan dunia sebagai ruang atau tempat di mana
keselamatan di dalam Kristus tadi dapat mungkin terjadi. Jadi penciptaan,
adalah suatu keharusan. Tuhan Allah harus menciptakan dunia untuk memberi ruang
dan tempat bagi setiap karya-Nya.[3]
2.2.
Tujuan Penciptaan
Alasan yang sama menyebabkan Allah merumuskan tujuan-tujuan dan
ketetapan-ketetapan-Nya juga telah mendorong-Nya untuk melaksanakan ketetapan-ketetapan itu.
Maksudnya, Ia menciptakan segala sesuatu untuk kemulian-Nya sendiri. Pertama
dan terutama, Ia menciptakan alam semesta ini untuk mempertunjukkan
kemulian-Nya. Alkita menyatakan, “ Ya Tuhan, Tuhan kami, betapa mulianya
nama-Mu di seluruh Bumi! Keagungan-mu yang mengatasi langit dinyanyikan”
(Mazmur 8:2); “Langit menceritakan kemulian Allah” (Mazmur 19:2).[4]
2.3.
Pemerintahan
2.3.1.
Pengertian
Pemerintahan
Pemeliharaan
serta pemerintahan itu sejak dulu disimpulkan dalam pengetian Latin Providentia. Sebab kata itu tidak dapat
hanya diterjemahkan dengan hanya sebuah istilah Indonesia. Asalnya pengertia
itu ialah katakerja Latin Providere, yang
berarti: memandang kedepan, melihat terlebih dahulu terjadinya sesuatu, dan
sebab itu juga: terlebih dahulu mengambil tindakan-tindakan dahulu
menyelenggarakan atau menyediakan sesuatu hal.[5] Setelah
menunjukkan bahwa segala sesuatu bersumber pada ketetapan atau maksud Allah,
dan bahwa Allah telah menciptakan seluruh alam semesta, baik yang berupa
makhluk hidup maupun yang tidak makhluk hidup, Allah sebagai pencipta segala
sessuatu yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, berhak mutlak untuk
memerintah alam semesta ini (Mat 20:15; Roma 9:20-21).[6] Pemerintahan Tuhan Allah atas perjalanan
hidup dunia ini bukan dipandang sebagai pemerintahan yang abstrak. Tuhan Allah
dengan nyata benar menerobos segala pikiran dan perbuatan manusia yang baik
maupun jahat, unuk mencapai tujuannNya menjadi sekutu umatNya. Pemerintahan
Tuhan Allah yang demikian itu tidak dapat dikalahkan atau dipatahkan oleh
siapapun bahkan oleh akal manusia. Cara Tuhan Allah melaksanakan
pemerintahanNya dengan cara Ilahi. Ia adalah Allah yang Mahatinggi dan
Mahakudus, yang dapat menyelenggarakan rencanaNya dengan melintasi segala
perbuatan manusia, dari keturunan yang satu sampai keturunan yang lainnya.[7]
2.3.2.
Tujuan
Pemerintahan
Tujuannya adalah
untuk kedatangan kerajaan-Nya, dimana Tuhan Allah akan Nampak sebgai sekutu
umat-Nya secara sempurna. Pemerintahan Tuhan Allah yang demikian itu tidak
mungkin diselidiki oleh akal manusia, sebab pikiran Allah atau rancangan Allah
bukanlah pikiran atau rancangan manusia, dan jalan Allah bukanlah jalan manusia
(Yesaya 55:8). Sekalipun demikian, pemerintahan Tuhan Allah memberikan hiburan
yang besar sekali bagi orang beriman, sehingga orang beriman memuji dan
memuliakannya. (Bnd. Mzm. 77:14, 20, 21; Rm. 11: 34, 35). Bahwa Tuhan
Allahlah yang memegang pemerintahan dunia, hal itu berarti, bahwa ia berbuat
dibidang sejarah umat manusia untuk menuju kepada tujuan yang dimaksudkan.[8]
2.4.
Pemeliharaan (Providential)
2.4.1.
Pengertian
Pemeliharaan (Providential)
Pemeliharaan serta pemerintahan ini sejak dulu disimpulkan
dalam pengertian Latin Providentia. Asalnya
pengertian itu ialah kata kerja Latin Providere,
yang berarti: memandang kedepan, melihat terlebih dahulu terjadinya
sesuatu, dan sebab itu juga: terlebih dahulu mengambil tindakan-tindakan,
terlebih dahulu menyelenggarakan atau menyediakan sesuatu.[9]Pemeliharaan
dapat disebut creatio mediata.[10]
Kata pemeliharaan merujuk baik pada penjagaan Allah dan kuasanya atas alam
semesta. Banyak Mazmur yang memuji Allah untuk pemelihraannya terhadap makhluk
hidup yaitu, manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan.[11]
2.5.
Pengertian Pembebasan / Pemilihan (Praedestinasi)
Kata
ini Berasal dari bahasa Latin, Praedestinare,
yang berarti sebelum Penahbisan, Sebelum penetapan. Predestinasi adalah
keputusan Allah terhadap oknum tertentu untuk memperoleh keselamatan dan oknum
lainnya memperoleh hukuman kekal.[12]
Di dalam ajaran tentang “praedestinatio” atau “pemilihan” oleh Allah itu
tidaklah kita bicara tentang salah satu keputusan kekal yang sudah
“ditakdirkan”, melainkan tentang Allah yang memilih.[13]
“Pemilihan” ini merupakan suatu tindakan kasih karunia karena Allah memilih
orang-orang yang samasekali tidak layak untuk diselamatkan untuk mendapatkan
keselamatan melalui seorang yang dipilih Tuhan Allah yang pantas untuk menebus
dosa manusia. Sebenarnya, manusia harus menerima yang sebaliknya yaitu dosa
yang dilakukan di balskan dengan hukuman yang kekal, tetapi dalam kasih
karunia-Nya, Allah telah memilih untuk menyelamatkan orang-orang. Ia memilih
mereka “di dalam Dia [Kristus]” (Efesus 1:4).[14]
Demikian ajaran “praedestinatio” atau Allah yang memilih itu datang kepada kita
di dalam Yesus Kristus. Kristuslah yang memilih manusia: Ia menjadi seperti
kita untuk menanggung hukuman Allah atas dosa kita. Tetapi justru sebagai
manusia yang ditolak oleh Allah, maka serentak Ia menjadi manusia yang dipilih
Allah untuk menerima kemuliaan yang kekal. Lalu di dalam Dia sang
manusia, “wakil” kita manusia di dalam Dia, semua orang yang menjadi milik-Nya
oleh karena percaya kepada-Nya, turut dipilih oleh Allah untuk menerima
keselamatan yang agung itu.[15]
2.6.
Pandangan Para Tokoh Tentang Praedestinasi
A.
Praedestinasi
menurut Augustinus
Pada
awal kekristenannya, Augustinus percaya bahwa kita memerlukan kasih karunia
Allah untuk hidup sebagai orang Kristen. Tetapi ia juga percaya bahwa orang
yang tidak percaya, tanpa bantuan dan atas kemauannya yang bebas mampu
mengambil langkah untuk pertama untuk berbalik kepada Allah. Lalu ia juga
mengatakan bahwa Keselamatan juga merupakan karunia Allah dan hasil pekerjaan
rahmat-Nya. Karunia itu tidak diberikan kepada setiap orang-tidak semua orang
percaya. Karunia itu diberikan kepada mereka yang dipilih oleh Allah untuk
menjadi umatNya. Keselamatan tidak tergantung
pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi hanya oleh karena kemurahan
hati Allah (roma 9:16).[16]
Anugerah Allah tersebut tidak dapat
dituntut oleh manusia karena
perbuatan-perbuatan baik. Praedestinasi adalah dasar pembenaran dan menjadkan
semua usaha untuk membenarkan diri menjadi sia-sia.[17]
Menurutnya Praedestinasi tidak dapat dipahami dengan akal manusia dan tidak
dapat dibatalkan oleh manusia.[18]
B.
Praedestinasi
menurut Calvin
Calvin
berpendapat bahwa Praedestinasi merupakan Anugrah keselamatan dari Allah atau
keputusan kekal dari Allah. Yang dengan itu Allah menentukan apa yang
dikehendakiNya kepada setiap orang. Sebab Allah tidak menciptakan setiap orang
dalam kondisi yang sama, tetapi menakdirkan kehidupan kekal bagi beberapa orang
dan hukuman kekal bagi yang lainnya.[19]
Namun semua keyakinan ini dilandaskan dari Alkitab. Seperti yang tertulis dalam
kitab Efesus 1:4, dimana kita telah dipilih dalam Kristus sebelum dunia
dijadikan.[20]
Secara sederhana calvin mengatakan bahwa Praedestinasi merupakan jumlah dan
jatidiri dari orang-orang yang terpilih. Dengan demikian Penebusan Kristus
terbatas pada orang-orang yang telah terpilih. Keselamatan mustahil tersedia
bagi semua manusia, itu hanya disediakan bagi mereka yang telah dipredestinasikan
untuk selamat.[21]
Menurut Calvin Praedestinasi diajarkan dalam Alkitab, dan Praedestinasi juga
harus diajarkan untuk menjelaskan mengapa ada orang yang menerima Kristus dan
ada juga yang menolak-Nya. Fungsi ajaran tentang Praedestinasi adalah menjamin
prakarsa Allah dalam penyelamatan manusia. Calvin mengatakan bahwa, orang
dipilih dipilih untuk kehidupan yang kekal karena rahmat Allah saja, yang
diberikan dalam Yesus Kristus, sedangkan mereka yang akan binasa, akan binasa
karena hukuman atas dosa-dosa mereka.[22]Di
dalam ajaran tentang “praedestinatio” atau “pemilihan” oleh Allah itu tidaklah
kita bicara tentang salah satu keputusan kekal yang sudah “ditakdirkan”,
melainkan tentang Allah yang memilih.[23]
“Pemilihan” ini merupakan suatu tindakan kasih karunia karena Allah memilih
orang-orang yang samasekali tidak layak untuk diselamatkan. Sebenarnya, manusia
harus menerima yang sebaliknya, tetapi dalam kasih karunia-Nya Allah telah
memilih untuk menyelamatkan beberapa orang. Ia memilih mereka “di dalam Dia
[Kristus]” (Efesus 1:4).[24]Demikian
ajaran “praedestinatio” atau Allah yang memilih itu datang kepada kita di dalam
Yesus Kristus. Kristuslah yang memilih manusia: Ia menjadi seperti kita untuk
menanggung hukuman Allah atas dosa kita. Tetapi justru sebagai manusia yang ditolak
oleh Allah, maka serentak Ia menjadi manusia yang dipilih Allah untuk
menerima kemuliaan yang kekal. Lalu di dalam Dia sang manusia, “wakil”
kita manusia di dalam Dia, semua orang yang menjadi milik-Nya oleh karena
percaya kepada-Nya, turut dipilih oleh Allah untuk menerima keselamatan
yang agung itu.[25]
c.
Menurut
Thomas
Thomas
dalam pandangannya mengenai Praedestinasi sangat dipengaruhi oleh pandangan
Augustinus. Menurutnya seorang berdosa tidak sanggup menerima anugerah dari
Allah melalui kemampuannya sendiri tanpa bantuan dari anugrah Allah ataupun
inspirasi dari Roh Kudus. Ia bertobat ketika ia menyadari bahwa Allah berbicara
kepadanya melalui Roma 9:16. Thomas sadar bahwa anugrah Allah adalah pemberian
Cuma-Cuma, yang tidak dapat diperoleh sebagai imbalan dari usaha kita.[26]
III.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan
bahwa segalanya berawal dari penciptaan yang dimana Tuhan Allah sudah
menetapkan pilihanNya itu yaitu yang disebut dengan praedestinasi. Praedestinasi
merupakan keputusan Allah terhadap oknum tertentu untuk memperoleh keselamatan
yang daripadaNya. Praedestinasi adalah keputusan Allah kepada setiap orang
untuk memperoleh keselamatan kekal ataupun hukuman kekal. Praedestinasi tidak
dapat diraih oleh manusia dengan usahanya sendiri. Praedestinasi ditujukan kepada setiap orang
percaya agar dapat memperoleh keselamatan. Setiap orang tidak tahu apakan dia
sudah dipilih oleh Allah atau tidak oleh Allah untuk mendapatkan keselamatan,
dan juga apakah ia selamat atau tidak. Tuhan tidak menolak siapapun, ketika ia
mau bertobat dan percaya kepada-Nya, kita juga akan dipilih dan diselamatkan
oleh-Nya. Dan Allah sendiripun juga memberikan perintah memelihara segala
ciptaanNya dengan baik, kepada orang yang nantinya yang akan memelihara dunia
melalui orang atau manusia yang juga merupakan ciptaan Tuhan Allah sendiri. Dan
pemeliharaanNya disebut dengan providentia terhadap manusia yang nantinya akan
memelihara dunia ini. Jadi, Allah sudah memilih umatNya sesuai dengan otoritas
Allah dan pemeliharaanNya terhadap manusia yang diciptakanNya. Maka Allah
memberikan kehendakNya terhadap manusia itu dan itu mutlak adanya karena apa
yang Allah tetapkan itu sudah mutlak kehendak ataupun ketetapan Tuhan Allah
sendiri.
IV.
Tambahan
Dosen[27]
Praedestinasi
dan Providential.
Penciptaan:
Apakah yang dilakukan Allah sebelum penciptaan? Yang dilakukan Allah sebelum
penciptaan adalah Praedestinasi. Praedestinasi merupakan tindakan Allah sebelum
penciptaan. (Pemilihan/memilih). Yang dilakukan Allah sesudah penciptaan adalah
Providential. Providential biasanya ditempatkan kedalam tema pembebasan (Namun
disini saya menempatkannya dalam topik penciptaan). Providential adalah
tindakan pemeliharaan atau memelihara Ciptaan-Nya keseluruhan.
Apa
yang dilakukan Allah sebelum penciptaan? Dalam Efesus 1:4 (Sebab di dalam Dian
Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tidak
bercacat dihadapan-Nya.) Allah memilih kita (Manusia) untuk memelihara
Bumi/Tanah. Dapat dilihat didalam kitab Kej. 1:26; Kej 2:5,15. Allah memilih
alat-Nya (manusia) untuk memlihara Bumi. Ini dilakukan sebelum manusia jatuh
kedalam dosa (Cacat). Dosa adalah matinya atau terputusnya hubungan manusia
dengan Allah. Kapanpun dan dimanapun asal kau berdosa berarti kau membuat upaya
memutuskan hubunganmu dengan Tuhan. Oleh Karena itu sering disebut dosa itu
adalah Pemberontakan dengan Allah.
Dosa
mengakibatkan ada 2 akibat: 1. Tentang pemeliharaan bumi. 2. Keselamatan
manusia. Bagaimana dengan pemeliharaan
dan kelangsungan keberadaan bumi kalau manusia sendiri berdosa? Dan bagaimana
dengan keselamatan manusia itu sendiri? Dalam kitab Efesus 1:5 dikatakan “
Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk
menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya.” Itu artinya Dia
mau kita (manusia) menjadi anak-anak-Nya dalam Kristus Yesus dai dalam kasih.
Kasih artinya menutupi dosa dengan Kasih. Bagaimana proses penggenapan kita
menjadi anak-Nya?
1. Bumi, dalam Kej 3:17 dikatakan
(Lalu Firman-Nya kepada manusia itu: “karena engkau mendengarkan perkataan
isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah kuperintahkan kepadamu: jangan
makan dari padanya, maka terkutuklah tanah karena engkau; dengan bersusah payah
engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu) Bumi terkutuk karena
manusia, manusia harus menanggung akibat perbuatannya sendiri. Dia memilih Nuh,
lalu membuat perjanjian dengan Nuh dalam (Kej 8:21-22) yang dikatakan disana ayat
21” Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi Tuhan; dari segala binatang yang tidak
haram dari segala burung yang tidak haram diambilnyalah beberapa ekor, lalu ia
mempersembahkan korban bakaran di atas mezbah itu. Ayat 22: Ketika Tuhan
mencium persembahan yang harum itu, berfirmanlah Tuhan dalam hati-Nya: “Aku
takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan
hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan aku takkan membinasakan lagi
segala yang hidup seperti yang telah kulakukan. Selama bumi masih ada, takkan
berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan ,
siang dan malam.” Dalam ayat 21 dan 22 ini sudah sangat jelas dikatakan bahwa
Allah takkan mengutuk bumi ini lagi. Walaupun manusia harus menanggung sendiri
akibatnya. Selama bumi masih ada, tidak akan ada berhentinya proses dibumi ini.
Allah telah menyerahkan bumi pada proses dan termasuk pada kita semua manusia,
dan ciptaan yang lainnya, Kej 9:9-10, tidak ada yang tetap. Kita selalu ada di
dalam proses (Siapa yang menabur dia yang menuai) dan proses ini berlaku kepada
semua. Itulah hukum Providentia.
2. Bagaimana Proses Keselamatan itu?
Abraham, didalam Kej 12: 1-3, ayat
3b. Dikatakan disana “ 1Berfirmanlah Tuhan kepada
Abraham: “ Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah
bapamu ini ke negeri yang akan kutunjukkan kepadamu; 2Aku akan
membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat
namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. 3Aku akan memberkati
orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk
engkau, olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.” Ayat 1-3a ditujukan kepada
Abraham. Ayat 3b ditujukan kepada semua. Berkat artinya adalah
keselamatan. Kapan janji kepada Abraham digenapi dan oleh siapa? Janji kepada
Abraham itu digenapi oleh Yesus Kristus. Allah memilih dan menetapkan Yesus
Kristus sebagai jalan keselamatan (Yoh 3:18).
Kesimpulan: Setelah kejatuhan
manusia kedalam dosa, proses penggenapan Allah memilih Nuh dan Abraham, janji
kepada Abraham digenapi di dalam Yesus Kristus. (Gal 3:8,16).
V.
Daftar
Pustaka
Aritonang,
Jan S., Berbagai Aliran di Dalam dan di
Sekitar Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010
Becker,
Theol. Dieter, Pedoman Dogmatika, Jakarta-BPK-Gunung
Mulia, 2001
Berends,
Bill, Teologia Dasar, Jakarta: Suara
harapan bangsa, 2003
Hadiwijono, Harun , Iman Kristen, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2012
Jonge,
Crhistian de, Apa ituCalvinisme ?, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1998
Lane,
Tony, Runtut Pijar, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2012
Manurung, Boris., Hasil Diskusi
Struktur Pengerjaan paper, 27 February 2018 Pkl. 21:12 WIB
McGrath,
Alister E., Sejarah Pemikiran Reformasi, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2006
Niftrik,
G.C.van ., & B. J. Boland, Dogmatika
Masa Kini, Jakarta: BPK-GM, 1987
Poedarminta,
W.J..S., KBBI, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 2008
Thiessen,
Henry C., Teologi Sistematika,
Malang: Gandum Mas, 1979
Wellem, F.D Wellem, Kamus Sejarah Gereja, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2011 Munthe, Pardomuan., Rekaman Akademik, Kelas: II-B, Senin,
05 Maret 2018.
[1] Boris Manurung, Hasil Diskusi Struktur
Pengerjaan paper, 27 Maret 2018 Pkl. 21:12 WIB
[2] W.J..S. Poedarminta, KBBI, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2008), 269
[3] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta: BPK-Gunung
Mulia, 2012), 149-150
[4] Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika, (Malang: Gandum
Mas, 1979), 181
[5] G.C.van Niftrik & B. J.
Boland, Dogmatika Masa Kini,
(Jakarta: BPK-GM, 1987), 168
[6] Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika, (Malang: Gandum
Mas, 1979), 183
[7] Harun Hadiwijono, Iman Kristen, (Jakarta: BPK-Gunung
Mulia, 2012), 218
[8] Ibid, 215
[9] G.C. Van Niftrik & B.J.
Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta:
BPK-Gunung Mulia, 2016), 168
[10] Theol. Dieter Becker, Pedoman Dogmatika, (Jakarta-BPK-Gunung
Mulia, 2001), 80
[11] Bill Berends, Teologia Dasar, (Jakarta: Suara harapan
bangsa, 2003), 68
[12] Dr. F.D Wellem, Kamus Sejarah Gereja, ( Jakarta:
BPK-Gunung Mulia, 2011), 370
[13] G. C. van Niftrik & B. J.
Boland, Dogmatika Masa Kini,
(Jakarta: BPK-GM, 1987), 179
[14] Henry C. Thiessen, Teologi
Sistematik, (Malang: Gandum Mas, 1995),
393
[15] G. C. van Niftrik & B. J.
Boland, Dogmatika...., 180
[16] Tony Lane, Runtut Pijar, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 41-42
[17] Christiaan de Jonge, Apa itu Calvinisme ?, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998), 63
[18] Dr. F.D Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 370
[19] Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2006), 163
[20] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar
Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 64
[21] Ibid, 66
[22] Crhistian de Jonge, Apa itu Calvinisme ?,62-63
[23] G. C. van Niftrik & B. J.
Boland, Dogmatika Masa Kini,
(Jakarta: BPK-GM, 1987), 179
[24] Henry C. Thiessen, Teologi
SistematikaI, (Malang: Gandum Mas, 1995),
393
[25]
G. C. van Niftrik & B. J. Boland,
Dogmatika...., 180
[26] Tony Lane, Runtut Pijar, 112
[27] Pardomuan Munthe, Rekaman Akademik, Kelas: II-B, Senin,
05 Maret 2018.
Komentar
Posting Komentar
Jika ada tambahan kami sangat menerima dengan senang hati..