Pendidkan Orang Dewasa (Andragogi)



Pendidkan Orang Dewasa (Andragogi)
I.                   PENDAHULUAN
Andragogi menjadi salah satu istilah yang tidak asing lagi terdengar dalam lingkungn seputar pendidikan. Andragogy akan menjadi gambaran tentang orang dewasa yang akan menerima dan menerapkan ilmu yang ia dapat dari Andragogi tersebut. Pada lembaran paper ini, saya sebagai mahasiswa akan memaparkan apa itu Andragogi dan apa-apa saja yang bersangkut paut dengan Andragogi. Semoga bermanfaat.
II.                PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pendidikan
Istilah pendidikan Kristen juga berasal dari bahasa Inggris Christian Education. Dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai “Pendidikan Agama Kristen”. PAK merupakan pendidikan yang berporos pada pribadi Tuhan Yesus Kristus dan Alkitab (firman Allah) sebagai dasar atau sumber acuannya.[1] Secara Etimologi Pendidikan Agama Kristen (PAK) berasal dari bahasa Yunani yaitu “Paedagogis”  yang artinya kegiatan untuk membimbing. Pendidikan Agama Kristen adalah pendidikan yang memperlengkapi setiap orang dengan sumber iman, khususnya berkaitan dalam hal berdoa, Alkitab dan rupa-rupa kebudayaan sehingga mereka mampu melayani sesamanya termasuk juga masyarakat dan negara serta bertanggung jawab dalam persekutuan Kristen.[2] Dalam KBBI juga dikatakan bahwa Penddikan merupakan suatu proses pengubah sifat atau tingkah laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan diri melalui pengajaran dan cara mendidik.[3]
2.2. Pengertian Dewasa
Istilah Adolescene berarti tumbuh menjadi dewasaan. Namun kata Adult berasal dari bentuk lampau paticiple dari kata kerja Adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Oleh karena itu, orang dewasa adalah individu yang sudah menyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan di dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya.[4]
Namun kedewasaan juga dapat diatikan sebagai proses kehidupan yang panjang dan tingkatan kehidupan yang khas yang di dalamnya terdapat cerita masa lalu dan segala akibatnya. Ciri kedewasaan adalah serius dengan kegiatan yang dikerjakan, pribadinya semakin matang dan mengalami perpindahan dari masa remaja menuju dewasa muda.[5] Sebagai seorang individu yang sudah tergolong dewasa, peran dan tanggung jawabnya tentu makin bertambah besar. Ia tak lagi harus bergantung secara secara ekonomis, sosiologis ataupun psikologis pada orangtuanya. Mereka justru merasa tertantang untuk membuktukan dirinya sebagai seorang pribadi dewasa yang mandiri. Artinya seorang dewasa akan berusaha secepat mungkin untuk menangani masalah mereka secara individual.[6]
2.3. Pengertian Andragogi
Secara etimologis, kata andragogi berasal dari bahasa Latin “andros” yang berarti orang dewasa dan “agogos“ yang berarti memimpin atau melayani. Andragogi adalah proses untuk melibatkan peserta didik dewasa ke dalam suatu struktur pengalaman belajar. Andragogi berbeda dengan istilah yang lebih umum digunakan, yaitu pedagogi yang asal katanya berarti mengarahkan anak-anak, sedangkan andragogi itu mengarahkan yang  dewasa.[7]
2.4. Sejarah Istilah Andragogi
Istilah ini awalnya digunakan oleh Alexander Kapp, seorang pendidik dari  Jerman, pada tahun 1833, dan kemudian dikembangkan menjadi teori pendidikan orang dewasa oleh pendidik Amerika Serikat,  Malcolm Knowles (24 April 1913 -- 27 November1997). Istilah andragogi telah digunakan untuk menunjukkan perbedaan antara pendidikan yang diarahkan diri sendiri dengan pendidikan melalui pengajaran oleh orang lain.[8]
 Istilah “andragogi” sebagai istilah teori filsafat pendidikan ini, lambat laun hilang dalam peredaran zaman. Namun tahun 1921 istilah tersebut dimunculkan kembali oleh Eugene Rosentock, seorang pengajar di akademik buruh Frankrut. Sejak 1970-an istilah “andragogi” semakin banyak digunakan para pendidik orang dewasa di Eropa, Amerika dan Asia. [9]
2.4.1.      Andragogi Menurut Ahli
·      Malcolm Knowles
Knowles (Sudjana, 2005: 62) mendefinisikan andragogi sebagai seni dan ilmu dalam membantu peserta didik (orang dewasa) untuk belajar (the science and arts of helping adults learn). Berbeda dengan pedagogi karena istilah ini dapat diartikan sebagai seni dan ilmu untuk mengajar anak-anak (pedagogy is the science and arts of teaching children).
Teori Knowles tentang andragogi dapat diungkapkan dalam empat postulat sederhana:
a.       Orang dewasa perlu dilibatkan dalam perencanaan dan evaluasi dari pembelajaran yang mereka ikuti (berkaitan dengan konsep diri dan motivasi untuk belajar).
b.      Pengalaman (termasuk pengalaman berbuat salah) menjadi dasar untuk aktivitas belajar (konsep pengalaman).
c.       Orang dewasa paling berminat pada pokok bahasan belajar yang mempunyai relevansi langsung dengan pekerjaannya atau kehidupan pribadinya (Kesiapan untuk belajar).
d.      Belajar bagi orang dewasa lebih berpusat pada permasalahan dibanding pada isinya (Orientasi belajar).[10]
·      Dugan Laird
Dugan Laird (Hendayat S., 2005: 135) mengatakan bahwa andragogi mempelajari bagaimana orang dewasa belajar. Laird yakin bahwa orang dewasa belajar dengan cara yang secara signifikan berbeda dengan cara-cara anak dalam memperoleh tingkah laku baru.
·      UNESCO (Townsend Coles, 1977)
Pendidikan orang dewasa merupakan keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan, apa pun isi, tingkatan,metodenya baik formal dan tidak, yang melanjutkan maupun yang menggantikan pendidikan semula di sekolah, akademi dan universitas serta latihan kerja, yang membuat orang yang dianggap dewasa oleh masyarakat mengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi teknis atau profesionalnya, dan mengakibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam perspektif rangkap perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam pengembangan sosial, ekonomi dan budaya yang seimbang dan bebas.
2.5.Prinsip-Prinsip Andragogi
Beberapa hal yang dapat mempengauhi dan mendukung kemudahan dalam proses belajar sehingga mencapai hasil belajar yang diinginkan disebut prinsip-prinsip belajar. Adapun prinsip-prinsip belajar orang dewasa adalah sebagai berikut:

1.      Readiness (kesiapan untuk belajar)
Peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang baik, apabila sebelumnya pengajar menyiapkan kondisi peserta didik baik secara fisik maupun mental. Penyampaian kondisi fisik dapat terwujud dengan penyediaan ruangan dan sarana yang sesuai dengan tujuan pelatihan. Sedangkan penyiapan secara mental dapat terciptakan dengan berbagai cara yang dimaksudkan agar peserta merasa tertarik untuk belajar, merasa senang, tidak malu, tidak takut dan timbul semangat untuk belajar. Untuk itu maka perlu diberikan ice breaking sebelum masuk materi yang sebenarnya.
2.      Sequencing (tahapan belajar)
Seseorang akan lebih mudah belajar jika materi pelajaran diberikan setahap demi setahap satu bagian dari yang mudah menuju ke yang sulit. Implikasinya dengan penyelenggaraan diklat adalah dalam penyusunan jadwal mata diklat harus setahap demi setahap dan saling melengkapi satu dengan yang lain. Tahapan pembelajaran tidak boleh bolak-balik sesuai dengan keinginan fasilitator.
3.      Understanding (pengertian)
Seseorang peserta belajar dapat belajar dengan baik jika ia mengerti apa yang akan dipelajari, untuk apa ia belajar dan kemampuan apa yang akan dimiliki setelah ia selesai mempelajari pelajaran tertentu. Berkaitan dengan hal ini maka dalam awal pembelajaran perlu dijelaskan tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khususnya.
4.      Participation (peran serta)
Belajar dapat terjadi melalui peran serta secara aktif dari orang yang belajar baik secara fisik maupun mental. Oleh karena itu tata ruang diklat perlu disusun agar dapat memberikan keleluasaan peserta diklat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Seperti tempat duduk yang mudah dipindahkan, layout ruangan dalam bentuk letter U dan lain sebagainya.
5.      Feed back (umpan Balik)
Belajar akan lebih semangat jika peserta mengetahui hasil belajar yang telah mereka capai mungkin sudah benar, belum benar atau salah ini semua harus mereka ketahui agar dapat memperbaiki. Feedback bagi orang dewasa perlu diperhatikan dengan niat yang tulus dan tidak mempermalukan didepan umum. Contoh dengan melalui latihan-latihan kemudian peserta diminta untuk mengomentari sendiri hasil yang telah diperoleh serta dimintai saran bolehkah diberikan masukan dari pihak lain.
6.      Reinforcement (pemantapan)
Pemanfaatan merupakan hal yang penting dalam proses belajar. Pemanfaatan ini dapat dilakukan dengan remedial maupun dengan pujian. Kesuksesan dalam belajar juga merupakan pemanfaatan sekaligus pendorong untuk lebih berhasil dalam proses belajar berikutnya.
7.      Motivasi belajar
Motivasi belajar akan timbul apabila terkait dengan kebutuhannya. Jika memperhatikan mengenai kebutuhan maka dapat mengacu pada kebutuhan yang dimiliki manusia yang dikemukakan oleh maslow. Fasilitator perlu mengkaitkannya dengan proses pembelajaran.
8.      Persepsi
Belajar akan lebih efektif apabila terjadi usaha menghubungkan antara materi pelajaran dengan pengertian atau pemahaman yang sudah dimiliki oleh peserta. Sebagai contoh untuk menjelaskan pentingnya tujuan pembelajaran dalam proses pembelajaran maka widyaswara perlu menggali pesrta diklat tentang pentingnya tujuan dalam artian umum, kemudian pentingnya tujuan hidup dalam suatu kehidupan, baru fasilitator memproses dengan materi yang akan di sajikan yaitu tentang perlunya tujuan pembelajaran bagi seorang instruktur.
9.      Application (penerapan)
Belajar akan lebih mudah jika peserta melihat relevansinya dan dapat diterapkan pada situasi kerja. Aplikasi merupakan salah satu hal yang harus terjadi dalam proses belajar setelah sebelumnya didahului dengan pengertian dan pemahaman atas pengetahuan dasarnya. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran perlu diciptakan metode pembelajaran yang lebih menitik beratkan pada penerapan-penerapan seperti metode praktek, simulasi, main peran dan lain sebagainya.
10.  Transfer of learning (Alih Belajar)
Melalui tahap aplikasi, dimungkinkan dapat sampai pada tahap generalisasi yaitu pemanfaatan atau penggunaan hasil belajar untuk memudahkan belajar dalam keadaan lain.[11]
2.6.               Penerapan Andragogi dalam Pembelajaran
Penggunaan metode pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa berimplikasi pada penggunaan teknik pembelajaran yang dipandang cocok digunakan di dalam menumbuhkan perilaku warga belajar. Knowles mengklasifikasi teknik pembelajaran dalam mencapai tujuan belajar berdasarkan tipe kegiatan belajar, yakni; sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Kegiatan belajar pada pendidikan orang dewasa masih merupakan kegiatan belajar yang paling efisien dan paling dapat diterima serta merupakan alat yang dinamis dan fleksibel dalam membantu orang dewasa belajar. Oleh karena, kegiatan belajar merupakan alat yang dinamis dan fleksibel dalam membantu orang dewasa, maka penggunaan metode belajar diperlukan berdasarkan prinsip-prinsip belajar orang dewasa. Metode belajar orang dewasa adalah cara mengorganisir peserta agar mereka melakukan kegiatan belajar, baik dalam bentuk kegiatan teori maupun praktek.
2.7.        Unsur-unsur Andragogi
Proses Andragogi mengandung 7 unsur pertanyaan yang sering digunakan oleh para pendidik. 7 unsur tersebut ialah sebagai berikut:
1.      Prosedur apakah yang paling menghasilkan suasana yang mendorong belajar?
2.      Prosedur apakah yang dapat digunakan untuk membawa partisipan terlibat dalam perencanaan
3.      Prosedur apakah yang dapat digunakan untuk membantu peserta didik mengidentifikasi kebutuhan belajarnya secra realistis dan bertanggung jawab.
4.         Prosedur apakah yang dapat digunakan untuk membawa warga belajar       menerjemahkan kebutuhan yang telah diagnosis ke dalam tujuan belajar
5.      Prosedur apakah yang dapat digunakan untuk membnatu peseta didik mengidentifikasi sumber-sumber belajar dalam mengembangkan strategi pemanfaatannya guna mencapai tujuan belajar.
6.      Bagaimana membantu peserta didik membantu rebcana tujuan belajar.
7.      Bagaimana melibatkan peserta didik di dalam penilaian belajar mereka
Sehingga jawaban atau implikasi dari pertanyaan ini menjadi langkah-langkah untuk belajar, yaitu:
1.      Menciptakan iklim untuk belajar
2.      Menyusun suatu bentuk perencanaan kegiatan secara bersama dan saling membantu
3.      Menilai atau mengidentifikasikan minat, kebutuhan, dan nilai-nilai
4.      Merumuskan tujuan belajar
5.      Merancang kegiatan belajar
6.      Melaksanakan kegiatan belajar
7.      Mengevaluasi hasil belajar (menilai kembali pemenuhan minat, kebutuhan dan pencapaian nilai-nilai.)
Dengan ke 7 langkah tersebut, maka andragogi dapat dipandang sebagai suatu sistem belajar ”feed back loop” (gelung umpan balik). Dalam pengertian ini, andragogi dapat dipandang sebagai suatu proses pengembangan yang berkelanjutan untuk belajar orang dewasa.
2.8.        Tujuan Andragogi
Tujuan-tujuannya ialah sebagai berikut:
·         Bertujuan untuk mengembangkan pembelajar yang mandiri, yang dapat memelihara pertumbuhan mereka sediri
·         Dapat menolong pembelajar untuk mereformasi pemikiran dalam perspektif pengalaman hidup yang  berubah-ubah
·         Mengembangkan kecerdasan untuk menerima, menyimpan, dan mengolah informasi menjadi fakta


2.9.  Metode Andragogi
·         Belajar Pasif       : membacakan, mendengarkan kata-kata, melihat                                 gambar
·         Belajar Aktif      : terlibat dalam diskusi, membantuteman belajar,                                  bermain peran
·         Kerucut Belajar  : baca. Dengar, lihat, dengar dan lihat, ucapkan,                                   ucapkan dan lakukan
·         Belajar Interaktif :Curah pendapat atau brainstorming, peragaan,                                  bermain peran, studi kasus, permainan.[12]
III.             KESIMPULAN
Sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa Andragogi itu ialah suatu usaha yang dilakukan untuk membimbing, mengarahkan, memimpin, serta mengajari dan membantu orang dewasa dalam memahami pembelajaran. Andragogy dalam penerapannya tersebut, jelas memiliki tujuan-tujuan dan unsur-unsur yang terkandung di dalamnya, yang dalam tujuannya tersebut andragogy memakai beberapa metode serta memilki prinsip guna tujuan Andragogi untuk mendidik orang dewasa dapat terlaksana dengan baik.










IV.             DAFTAR PUSTAKA
Robert R.Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen, Jakarta:BPK-GM,1989
...,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka,1999
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 2009
Paulus Lilik Kristianto, Prinsip dan Praktik PAK, Yogyakarta: Andi Anggota IKAPI, 2006 Hansman, Adult Learning in Communities of Practice: Situating Theory in Practice, 2008
Supriadi,  Andragogi (Sebuah Konsep Teoritik, 2006
FIP-UPI, Ilmu & Aplikasi Pendidikan, Bandung, Imperial Bhakti Utama, 2007
Sumber Lain:
https://id.wikipedia.org/wiki/Andragogi, diakses pada tanggal 05 Februsari 2018 ukul 08:29 am
https://id.wikipedia.org/wiki/Andragogi, diakses pada tanggal 05 Februsari 2018 ukul 08:29 am
Izzaucon.blogspot.co.id, diakses pada tanggal 06 Februari 2018, pukul 06:54






[1] Paulus Lilik Kristanto, Prinsip dan Praktek PAK, 1
[2] Robert R.Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen, (Jakarta:BPK-GM,1989), 470
[3] ...,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka,1999), 324
[4] Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 2009), 246
[5] Paulus Lilik Kristianto, Prinsip dan Praktik PAK, (Yogyakarta: Andi Anggota IKAPI, 2006), 103
[7]Hansman, Adult Learning in Communities of Practice: Situating Theory in Practice, 2008
[8]https://id.wikipedia.org/wiki/Andragogi, diakses pada tanggal 05 Februsari 2018 ukul 08:29 am

[9]Supriadi,  Andragogi (Sebuah Konsep Teoritik,), 2006
[10]https://id.wikipedia.org/wiki/Andragogi, diakses pada tanggal 05 Februsari 2018 ukul 08:29 am
[11]FIP-UPI, Ilmu & Aplikasi Pendidikan, (Bandung, Imperial Bhakti Utama, 2007), 2-4
[12]Izzaucon.blogspot.co.id, diakses pada tanggal 06 Februari 2018, pukul 06:54

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Gereja Di Cina

Tafsiran Naratif Ezra 10:1-6

Tafsiran Metode Historis Krtis: Markus 4:1-20