Strategi Komunikasi Yang Dilakukan Johannes Calvin Untuk Membaharui Gereja
Strategi
Komunikasi Yang Dilakukan Johannes Calvin Untuk Membaharui Gereja
I.
Pendahuluan
Pada masa pertumbuhan dan
perkembangannya, Gereja banyak mengalami perubahan. Baik perubahan dalam dogma,
kehidupan gereja, kepemimpinannya, bahkan masih banyak yang terjadi. Perubahan
itu biasanya terjadi dibawa dan
dipelopori tokoh masing-masing. Salah satu peristiwa perubahan itu ialah
perubahan kehidupan Gereja yang dipelopori oleh tokoh yang sangat terkenal yaitu
Johannes Calvin. Dalam peristiwa tersebut, dengan melihat dan mengkaji dari
sudut pandang strategi komunikasi yang ia lakukan dalam membaharui gereja akan
lebih jelas tampak bagaimana hal ini dapat terjadi. Pada sajian kali ini, maka kami
para penyaji mencoba untuk memaparkan hasil pendalaman kami mengenai strategi
komunikasi yang dilakukan oleh Johannes Calvin dalam membaharui gereja. Semoga
dapat bermanfaat, Tuhan Yesus memberkati.
II.
Pembahasan
2.1.
Pengertian Komunikasi
Istilah
komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu Communicare
atau Comunis (menjadi milik
bersama), sedangkan dalam Bahasa Inggris dikatakan Communication yang artinya berbagi atau saling mengerti. Jadi
Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih melakukan pertukaran
informasi yang pada gilirannya menjadi milik bersama dan saling pengertian.[1]
2.2. Pengertian Strategi Komunikasi
Strategi
pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai
suatu tujuan. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi
sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, tetapi harus menunjukkan
bagaimana taktik operasionalnya. Demikian pula strategi komunikasi merupakan
paduan dari perencanaan komunikasi (communication
planning) dan manajemen (management
Communication) untuk mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai suatu tujuan
tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya
secara taktis harus dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu,
tergantung pada kondisi dan situasi.[2]
Suatu
keberhasilan kegiatan komunikasi banyak ditentukan oleh strategi komunikasi
dengan memperhatikan beberapa hal seperti siapa dan dimana komunikan,
identifikasi masalah, merancang pesan, menentukan media yang akan dipakai untuk
menyalurkan pesan, bagaimana pesan itu disampaikan, tanggapan komunikan, dan
hasil yang diperoleh.[3]
2.3. Riwayat
Singkat Johannes Calvin
Johannes Calvin lahir di Noyon,
Picardie, Kerajaan Perancis, pada tanggal 10 Juli 1509, meninggal di Jenewa,
Swiss pada tanggal 27 Mei 1564 saat ia berumur 54 tahun. Ia adalah seorang teolog
Kristen terkemuka
pada masa Reformasi Protestan yang berasal
dari Perancis.
Namanya kini dikenal dalam kaitan dengan sistem teologi
Kristen yang disebut Calvinisme
(Kalvinisme). Asalnya berpendidikan sebagai seorang ahli hukum ialah
Humanis. Kemudian ia memisahkan diri dari Gereja Katolik Roma sekitar
tahun 1530. Setelah muncul tekanan agamawi yang berlanjut pada kekerasan
terhadap Protestanisme di Perancis,
Calvin melarikan diri ke Basel, Swiss, dimana ia menerbitkan edisi pertama bukunya yang
terkenal, "Institutio" pada tahun 1536. Pada tahun itu pula Calvin
dan seorang Perancis lain, William Farel,
menyebarkan reformasi di kota Jenewa.
Atas undangan Martin Bucer, Calvin pergi ke Strasbourg,
dan menjadi pendeta di suatu gereja Perancis. Ia terus mendukung gerakan
reformasi di Jenewa dan akhirnya diundang kembali untuk memimpin gereja di
sana. Sampai akhir hayatnya, Calvin mendorong
gerakan Reformasi Protestan di Jenewa dan seluruh Eropa.[4]
2.4. Strategi yang
Dilakukan Oleh Johannes Calvin Untuk
Membaharui Gereja
Berikut adalah strategi yang dilakukan oleh Calvin dalam
Membaharui Gereja:
2.4.1.
Siapa dan Dimana Komunikan
Yang
menjadi pihak komunikan dalam hal ini ialah kota Jenewa. Kota Jenewa merupakan kota kedua yang terpadat di Swiss (setelah Zürich), terletak
di mana Danau Jenewa mengalir
ke Sungai Rhône. Kota
ini merupakan ibukota dari République et Canton de Genève.[5]
Jenewa baru saja membebaskan diri dari pemerintahan uskup Jenewa
dan daerah Savoye, dan belum lama memihak pada Reformasi (1535). Dalam konteks
inilah Calvin bekerja dari tahun 1536-1538 bersama rekan-rekannya untuk
mereformasikan Gereja dan kota.[6]
Karena usaha-usaha Calvin dan rekan-rekannya, kota Jenewa menjadi pusat Reformasi.[7]
2.4.2.
Identifikasi Masalah
Pada
saat itu, kota Jenewa yang diperintah oleh seorang uskup, tetapi sudah lama
yang berkuasa di daerah itu ialah Hertog Savoya, ingin memasukkan kota Jenewa
dalam kerajaannya. Ketika bahaya itu meningkat, maka Jenewa mencari bantuan
pada perserikatan kanton-kanton yang berbahasa Jerman di bagian Utara tanah
Swiss, yang telah masuk injili. Untuk melangsungkan Reformasi di Jenewa, Bern
(pihak kanton-kanton injili) telah mengutus Pendeta Willem Farel ke sana. Farel
mengerti bahwa ia seorang diri tak sanggup memikul beban pekerjaan yang sukar
itu. Sungguh pun ia telah memulai berusaha dengan sekuat tenaga, namun untuk
membina hidup orang rohani dan masyarakat Kristen dan sepertinya ia memerlukan
sokongan seseorang yang mempunyai karunia istimewa bagi tugas itu. Itulah
sebabnya ia memilih Calvin menjadi pembantunya, mula-mula Calvin hanya memimpin
penjelasan
Alkitab kepada jemaat-jemaat, tetapi segera ia menjadi pendeta resmi dan tenaga
pendorong dalam segala pekerjaan Gereja.[8]
2.4.3.
Merancang Pesan Yang Ada
Pada
penghabisan tahun 1536, Calvin beserta dengan Farel menganjurkan sebuah rencana
Tata Gereja kepada dewan kota. Menurut
rencana Tata Gerejanya itu, ia mau mengadakan Perjamuan Kudus sebulan sekali, berhubungan dengan itu ia bermaksud
menjalankan disiplin yang keras, baik
dalam ajaran maupun dalam kelakuan anggota-anggota jemaat. Semua penduduk
diwajibkan menandatangani sehelai Surat
Pengakuan, karena segenap penduduk kota boleh berdiri menjadi orang Kristen
yang sungguh sadar akan ikrarnya. Di dalam kebaktian jemaat harus belajar
menyanyikan mazmur-mazmur, pengajaran agama (katekisasi), juga untuk nikah
Kristen perlu dibuat peraturan-peraturan baru. Tata Gereja itu dibuatnya
menjadi senjata dalam tangan Calvin untuk melawan GKR. Sungguh pentinglah
artinya Tata Gereja ini dengan perkembangan Reformasi, karena baru di sinilah
pembaruan bentuk lahiriah Gereja mendapat perhatian yang selayaknya. Namun pada
tahun 1541, ia kembali merencanakan Tata Gereja yang baru yang dinamakannya “Peraturan-peraturan Gereja”. Dalam Tata
Gereja itu ditentukan 4 jabatan: 1. Jabatan pendeta, (predikan) untuk khotbah
dan disiplin 2. Jabatan Pengajar (doktor) untuk katekisasi dan pengajaran
theologia, 3. Jabatan Penatua untuk disiplin dan 4. Jabatan Syamas (diaken)
untuk pelayanan terhadap orang miskin.[9]
2.4.4.
Media
Pada
masa Martin Luther dan Calvin, khotbah juga dilaksanakan secara maksimal
sebagai media-media penyampaian Reformasi.
Demikian juga Calvin, sehingga sejumlah orang menyimpulkan bahwa khotbah menjadi
alat Calvin di dalam membangun jemaatnya.[10] Ia juga berkhotbah
secara teratur tentang hal untuk mengatur Gereja reformatoris di mana perjamuan
kudus diadakan sebulan sekali selama di Jenewa.[11]
Dari tahun 1549 khotbahnya dicatat dengan tulisan steno. Sejumlah khotbah
diterbitkan tetapi sebgaian besar tetap diperpustakaan Jenewa dalam bentuk
tulisan steno.[12]
Selain
itu, media yang ia pakai dapat dikatakan
melalui media tulisan. Pada bulan April, Calvin menerbitkan bukunya yang
pertama yaitu Komentar De Clementia.
Ia sendiri menghasilkan karya ilmiah Humanisme (suatu uraian mengenai karya
filsuf Romawi Seneca berjudul Kemurahan
Hati). Selain Institutio bukunya yang terkenal itu, ia juga menuliskan buku
teologi pertamanya yang berjudul Psychopanycha
(mengenai
tidurnya jiwa-jiwa).[13]
2.4.5.
Bagaimana Pesan Disampaikan
Calvin memulainya dengan mengatur kehidupan Gereja Di
Jenewa. Ia menulis tatagereja, yang diterima oleh Dewan Kota. Calvin menuliskan
Katekismus dan banyak karangan teologi khususnya buku-buku tafsiran Alkitab. Institutio diperluas
setiap kali diterbitkannya kembali. Bersama-sama dengan Heinrich Bullinger,
pengganti Ulrich Zwingli di kota Zurich, ia juga dapat merumuskan satu persetujuan
mengenai Perjamuan Kudus sehingga semua orang Protestan bahkan yang di Swiss
pun dapat dipersatukan.[14]
Pada tahun-tahun yang berikutnya kuasa Calvin makin bertambah
kukuh, juga di
lapangan politik ia berpengaruh besar. Ia mengumpulkan di Jenewa sejumlah pendeta
yang cakap, yang sehati dia. Penatua-penatua dilatih dengan teliti untuk
tugasnya. Persekolahan juga memang mendapat perhatian Calvin.[15]
2.4.6.
Tanggapan Komunikan
Disiplin yang diterapkan oleh Johannes Calvin membuat carahidup
di Jenewa sungguh sederhana dankeras, tetapi dengan rakyat bertambah-tambah kuat,
rajin dan makmur, sehingga keadaan di Jenewa dipuji di seluruh Eropah dan contoh
yang indah itu ditiru di banyak tempat. Banyak orang memandang Jenewa yang
suci. Kemudian terbentuk juga di Jenewa sebuah akademi atau sekolah tinggi. Akademi
di Jenewa ada 2
bagiannya, yakni suatu sekolah menengah Latin (gymnasium) dan suatu fakultas theologia.[16]
Hal ini menandakan
bahwasanya sejak awal pun, sejak terjadi permasalahan tentang kepemimpinan di
Jenewa, mereka sudah membuka
kesempatan pada
Calvin untuk melakukan perubahan atau reformasi di Gereja maupun kota mereka itu. Mereka dengan
senang hati menerima
Calvin, itu juga terlihat
dari tindakan kota Jenewa
untuk taat dan melakukan aturan yang dibuat oleh Calvin, serta tampak juga dari perubahan-perubahan yang terjadi di
kota itu.
2.4.7.
Hasil yang Diperoleh
Hasil
yang diperolehnya
dapat kita lihat, ia mewariskan kepada dunia
suatu wawasan teologi yang khas, yang secara cukup lengkap
dan jelas tersaji di dalam Institutio, terutama pada
edisi terakhir.
Calvin menjadikan reformasi
yang dicanangkan Luther menjadi
lebih konkret dan lebih
jelas wujudnya dalam kehidupan bergereja.[17] Dalam pada
itu, para pengikut
Calvin juga yang
kelak akhirnya menjelma menjadi gereja-gereja Calvinis (Reformed). Dengan adanya
pembaharuan yang dilakukan di Jenewa, Gereja mendapat pangkalan baru yaitu
Belanda dan Scotlandia segera mengikuti contoh Jenewa yang dimana Calvinisme
menjadi salah satu dasar penting bagi dunia baru itu.[18]
2.5. Tujuan
Strategi Komunikasi Johannes Calvin Untuk Membaharui Gereja
Sudah
tentu bahwa bukanlah maksud Calvin untuk mendapat hormat atau
keuntungan dari penguasa-penguasa itu, tetapi ia berkeyakinan bahwa
terlebih raja-raja perlu
diberi penerangan dan ajakan, jikalau Reformasi Calvin mau dilangsungkan di seluruh Eropah.[19] Jika tujuan
Reformasi yang dilakukan
oleh Luther ialah
pembenahan ajaran Gereja, maka tujuan Reformasi di kota-kota Jerman
selatan, Swiss
ini, yang dipelopori
oleh Calvin ini
ialah untuk pembenahan kehidupan gerejawi.[20]
III.
Kesimpulan
Di saat Calvin membaharui gereja, banyak hal yang ia
lakukan untuk mencapai tujuannya tersebut. Dalam pengkomunikasiannya untuk
melakukan Reformasi itu, tidak lepas dari strategi yang akan ia lakukan untuk
mencapai dan mengubah serta melanjutkan reformasi yang sudah ada. Strategi ini
terlihat dari berbagai sudut padang sebagaimana yang telah dipaparkan di atas.
Awal mula tempat Calvin memulai kecakapannya ini ialah dari kota Jenewa yang
ada di Swiss itu. Bermula dari permintaan Farrel orang Pranciss itu untuk
membantunya mereformasi Gereja maupun kota. Lagi, strategi yang ia lakukan juga
tampak dari cara ia merancang pesannya, yaitu ia membuat pengajaran agama
Kristen atau dengan nama yang tidak asing lagi “Institutio” yang menjadi salah
satu peluru senjatanya dalam reformasi.
Dalam rangka untuk menyampaikan
pesan atau peluru senjata Calvin
tersebut, maka ia membutuhkan cara media penyampaian supaya pesannya dapat
tersampaikan dengan baik. Maka Calvin, dalam catatan sejarah menyatakan bahwa ia menyampaikannya melalui
khotbah yang selalu ia lakukan beserta dengan tulisan-ttulisan buku karangannya.
Dalam hal cara penyampaian
pesannya tersebut, maka Calvin memulainya dengan mengatur
kehidupan Gereja
Di Jenewa. Ia menulis tatagereja, mengatur kedisiplinan
kehidupan gereja, memperluas Institutio, menulis Katekismus bahkan menyebarkannya di sekolah-sekolah yang
ia kembangkan.
Kemudian dalam prosesnya ini, maka sangatlah terlihat jelas
tanggapan dari Jenewa sebagai komunikan bahwa mereka menerima dengan baik
perubahan yang dipelopori oleh Calvin tersebut. Itu terlihat dari sebuah akademi atau sekolah
tinggi
yang sudah terbentuk di sana, juga terlihat dari tindakan mereka yang mematuhi
peraturan Calvin.
Maka jelaslah bahwa setiap
strategi yang dilakukan oleh Johannes Calvin dalam pengkomunikasiannya untuk
membaharui Gereja membuahkan hasil yaitu dari Institutio yang banyak dipakai
oleh orang banyak, serta lahirnya juga pengikut Calvin (Calvinis) dan lahirnya
Gereja Reformed yang memandakan bahwa ajaran Calvin sudah berkembang.
IV.
Refleksi Teologis
Efesus 2 : 11-14, Mengingat karya Allah memang penting agar kita memahami
kebesaran kuasa dan kasih-Nya. Itu akan membuat kita bersyukur dan tahu
bagaimana mengisi hidup. Paulus menekankan agar jemaat Efesus mengingat keadaan
mereka sebelum mengenal Kristus. Bagi orang bukan Yahudi, mereka adalah orang
kafir, yaitu orang tak bersunat yang tidak terhisab ke dalam bilangan umat
Allah serta tidak berhak menerima janji-janji Allah. Mereka terpisah dari
Kristus maka tak ada pengharapan! Begitu juga Calvin yang memandang jemaat pada
saat itu dibawah kepemimpinian GKR. Namun kondisi mereka berbalik seratus
delapan puluh derajat
saat mereka ada di dalam Yesus. Darah Yesus yang dicurahkan
di kayu salib telah menghancurkan tembok pemisah antara mereka dengan Allah,
begitu pula antara mereka dengan bangsa pilihan Allah. Setiap orang seharusnya
berkesempatan untuk menjadi keluarga Allah. Hanya saja ada orang-orang yang
suka menempatkan barier, yang menghalangi orang lain masuk ke dalam komunitas
orang percaya. Sungguh ironis, orang Kristen lebih ekslusif dibandingkan Allah sendiri.
Padahal di dalam Kristus seharusnya tidak ada diskriminasi lagi karena Kristus
telah menjadi kunci bagi rekonsiliasi antara manusia dengan Allah dan dengan
sesamanya sehingga semua orang percaya mempunyai status sama, yaitu warga
Kerajaan Allah. Dan semuanya tersusun menjadi bait kudus, yaitu bait Allah,
tempat kediaman Allah Begitulah seharusnya gereja, kesatuannya lahir bukan
karena organisasi atau liturgi; melainkan karena iman kepada Yesus, batu
penjuru gereja. Gereja ada bukan untuk menonjolkan kelebihan doktrin yang dianut, tetapi untuk
menjadi tempat Allah berdiam serta persekutuan bagi semua orang yang beriman
kepada Kristus dapat bertemu. Sudahkah gereja, tempat kita menjadi anggota,
demikian? Jadilah manusia baru, manusia yang harus melakukan pekerjaan yang
baik dan bekerja keras agar dapat berbagi dengan mereka yang berkekurangan.
Manusia baru kiranya tidak mendukakan Roh Kudus dengan perbuatan yang tidak
berkenan kepada Tuhan. Kita harus hidup menurut pimpinan Roh Kudus. Kita juga
harus menjauhi segala hal yang dapat merusak karakter dan pertumbuhan rohani
kita atau yang mungkin menghilangkan damai dan sukacita kita. Hendaknya kita hidup
ramah, penuh kasih mesra, dan saling mengampuni sebagaimana Kristus telah
mengampuni kita. Orang yang telah mengenal Yesus harus membiarkan Roh Kudus
mengerjakan karya pembaruan di dalam hidupnya agar dimampukan untuk hidup benar
dan kudus. Berdoalah agar Roh Kudus menolong kita menjalani hidup sebagai
manusia baru agar tutur kata dan perbuatan kita menjadi berkat bagi orang lain
dan memuliakan Tuhan.
V.
Daftar Pustaka
Aritonang
Jan S., Berbagai
Aliran
Di Dalam
dan
Di LuarGereja, Jakarta: BPK
GunungMulia, 2016
BerkhofH., I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2016
Effendi Onong Uchyana, Dinamika Komunikasi, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008
Jonge Christian De, Apa Itu CALVINISME?, Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2008
LaneTony, Runtut Pijar, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016
Tambunan
Lukman, Khotbah
dan Retorika, Jakarta: BPK GunungMulia, 2010
Sumber
Lain:
Catatan Rekaman Akademik, Teologi dan Komunnikasi oleh Dr. Jan
Jahaman Damanik, Medan: STT Abdi Sabda,
2017
https://id.wikipedia.org/wiki/Yohanes_Calvin,
diakses pada tanggal
02 November 2017, pukul 06:59 WIB
https://id.wikipedia.org/wiki/Jenewa,
diakses pada tanggal 28 Oktober 2017, pukul 11:12 WIB
[1]Catatan Rekaman Akademik, Teologi
dan Komunnikasi oleh Dr. Jan Jahaman Damanik, (Medan: STT Abdi Sabda, 2017)
[2]Onong Uchyana Effendi, Dinamika
Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), 36
[3]Catatan Rekaman Akademik, Teologi
dan Komunnikasi oleh Dr. Jan Jahaman Damanik, (Medan: STT Abdi Sabda, 2017)
[4]https://id.wikipedia.org/wiki/Yohanes_Calvin,
diakses pada tanggal 02 November 2017, pukul 06:59 WIB
[5]https://id.wikipedia.org/wiki/Jenewa,
diakses pada tanggal 28 Oktober 2017, pukul 11:12 WIB
[6]Christiaan De Jonge, Apa Itu
CALVINISME?, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 8
[7]Ibid, 10
[8]H Berkhof, I. H. Enklaar, Sejarah
Gereja, 160
[9]Ibid, 160-161
[10]LukmanTambunan, KhotbahdanRetorika, (Jakarta: BPK GunungMulia, 2010), 10
[11]F. D.
Wellem, Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh
Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), 50-51
[12]Tony
Lane, Runtut Pijar, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2016), 150
[13]H.
Berkhof & I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, 160
[14]Christiaan
De Jonge, Apa Itu CALVINISME?,9-10
[15]H
Berkhof, I. H. Enklaar, Sejarah Gereja, 164
[16]Ibid, 168
[17]Christiaan De Jonge, ApaItu CALVINISME?, 9
[18]Jan S. Aritonang, BerbagaiAliran Di Dalamdan Di LuarGereja, (Jakarta: BPK
GunungMulia, 2016), 67
[19]Ibid, 169
[20]Christiaan
De Jonge, Apa Itu CALVINISME?, 9
Komentar
Posting Komentar
Jika ada tambahan kami sangat menerima dengan senang hati..